Hampir setiap tahun, keluarga itu berkumpul dengan sahabat dan tetangga mereka untuk duduk di malam hari, makan, shalat, dan merayakan Idul Fitri bersama. “Tahun ini tidak ada tetangga atau orang-orang tercinta. Mereka tidak ada lagi di sini. Yang tersisa hanyalah kami dan anak-anak, duduk di sini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kami,” katanya.
Miris, 2.000 Petugas Medis Gaza Tak Punya Makanan untuk Buka Puasa
Bergantung pada bantuan makanan
Perang di Gaza dipicu pada 7 Oktober ketika pejuang Hamas mengamuk di Israel Selatan. Serangan yang dilancarkan kelompok perlawanan Palestina tersebut pada waktu itu menewaskan 1.200 orang Israel. Para prajurit Hamas juga menawan 253 orang Israel lainnya dan membawa mereka ke Gaza.
Sejak itu, militer zionis meluncurkan serangan darat dan udara di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 31.000 warga sipil Palestina di sana. Sementara itu, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk daerah itu terpaksa mengungsi.
Politikus Pembenci Islam Geert Wilders Janji Dukung Penuh Israel jika Jadi PM Belanda
Harapan untuk gencatan senjata di bulan Ramadhan pupus ketika Israel dan Hamas berdebat mengenai persyaratan yang mesti dipenuhi kedua pihak. Setelah hampir seluruh impor komoditas dihentikan, sebagian besar penduduk Gaza kini sepenuhnya bergantung pada bantuan pangan. Banyak di antara mereka yang hanya makan di dapur umum, termasuk saat berbuka puasa di Bulan Ramadhan.
Di salah satu dapur di Rafah, orang-orang berkerumun sambil memegang mangkuk plastik untuk sesendok makanan. “Setiap hari kami punya 35 panci makanan, tapi 35 panci saja tidak cukup. Saya bersumpah bahkan 70 panci saja tidak cukup,” kata salah satu relawan di Gaza, Adnan Sheikh al-Eid.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku