Kerahkan Rudal Jarak Jauh di Eropa, AS di Ambang Perang dengan Rusia?
Sejalan dengan penandatanganan perjanjian itu, Jerman, Hongaria, Polandia, dan Republik Ceko pun menghancurkan rudal-rudal mereka pada dekade 1990-an, yang kemudian disusul Slovakia dan Bulgaria.
Pada 2019, Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian INF pada 2019 dengan dalih bahwa Moskow melanggar perjanjian tersebut. AS mengatakan Rusia telah mengembangkan rudal jelajah darat 9M729 atau dikenal di NATO sebagai SSC-8.
Kremlin berulang kali membantah tuduhan tersebut dan kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudal mereka sendiri yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian INF, yaitu rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 km hingga 5.500 km.
Pada akhir Juni lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya harus melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek setelah Amerika Serikat menempatkan rudal sejenis ke Eropa dan Asia.
Menurut Putin, Rusia sebenarnya sudah berkomitmen untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut. Akan tetapi, kata dia, Amerika Serikat telah melanjutkan produksi rudalnya dan membawanya ke Denmark untuk latihan dan juga membawanya ke Filipina.
Hari ini, Rusia menanggapi rencana AS menempatkan rudal jarak jauh di Jerman. Moskow pun berjanji akan memberikan respons militernya atas keputusan Washington itu. “Tindakan (AS) ini ditujukan terutama untuk membahayakan keamanan negara kami, terlepas dari apakah peluang negosiasi pengendalian senjata di masa depan akan meningkat, atau malah sia-sia," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, Kamis (11/7/2024).
“Sifat reaksi kami akan ditentukan dengan cara yang tenang dan profesional. Militer kami sudah mulai menangani masalah ini. Tentu saja kami akan menganalisis sistem (rudal) spesifik mana yang akan dibahas nanti. Kami akan menentukan respons militer terhadap ancaman baru ini,” ujarnya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil