Ketua Olimpiade Tokyo Minta Maaf karena Rendahkan Perempuan saat Rapat

TOKYO, iNews.id - Ketua Olimpiade Tokyo Yoshiro Mori mendapat kritik tajam di media sosial atas pernyataannya yang dianggap merendahkan perempuan. Dia mengatakan perempuan terlalu banyak bicara. 

Terkait hal itu, Kamis (4/2/2021), Mori meminta maaf, namun bersikeras tidak akan mengundurkan diri sebagaimana didesak banyak pihak.

Baca Juga

8 Negara Paling Dibenci di Dunia pada 2025, dari Amerika Serikat hingga Arab Saudi

Pria 83 tahun itu meminta maaf dalam konferensi pers yang digelar mendadak. Dia mengakui ucapannya tidak pantas dan bertentangan dengan semangat olimpiade. 

“Saya merasa sangat menyesal dan ingin menarik kembali ucapan saya,” katanya, kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

Baca Juga

Beredar Isu Pembatalan karena Covid, Jepang: Olimpiade Tokyo Tetap Digelar Tahun Ini

Mori juga memberikan pembelaan setelah didesak untuk membuat klarifikasi. 

“Saya tidak terlalu mendengarkan perempuan akhir-akhir ini, jadi saya tidak tahu,” ujarnya.

Baca Juga

Jepang Perluas Keadaan Darurat Covid-19 ke 7 Wilayah, Apa Kabar Olimpiade Tokyo?

Tanda pagar atau hashtag ‘Mori, tolong mundur’ sempat menjadi trending topic di Twitter Jepang pada Kamis. Beberapa pengguna Twitter meminta sponsor Olimpiade untuk menekan panitia penyelenggara agar memecat Mori dari posisinya.

Mantan perdana menteri Jepang yang sering menjadi perhatian karena berbagai kesalahannya itu membuat pernyataan bernada merendahkan perempuan dalam pertemuan Dewan Pengawas Komite Olimpiade Jepang (JOC) baru-baru ini.

“Jika kita menambah jumlah anggota dewan perempuan, kita harus memastikan waktu bicara mereka agak dibatasi. Mereka selalu sulit menyudahi, itu mengganggu,” kata Mori.

Merespons pernyataan tersebut, Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan Mori seharusnya tidak membuat komentar itu. Sementara itu Menteri Olimpiade Seiko Hashimoto mengatakan Dewan Olimpiade Tokyo harus memutuskan pengunduran diri Mori.

Permintaan maaf Mori telah dikirim kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC). Juru bicara IOC mengatakan masalah tersebut dianggap telah selesai.

Editor: Anton Suhartono