Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Nah! Warga Nigeria Sebut Serangan AS Salah Sasaran, bukan Ngebom Lokasi ISIS
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Centralia, Kota Hantu di AS yang Terbakar selama 62 Tahun

Kamis, 15 Agustus 2024 - 20:18:00 WIB
Kisah Centralia, Kota Hantu di AS yang Terbakar selama 62 Tahun
Penampakan kota hantu Centralia di Amerika Serikat sebelum kebakaran pada 1962 (kiri) dan sekarang (kanan). (Foto: X/@fasc1nate)
Advertisement . Scroll to see content

Centralia dibangun di atas endapan batu bara antrasit yang melimpah. Industri pertambangan pun berhasil mendorong perekonomian setempat dan membuka lapangan kerja bagi ribuan orang pada masa itu. Centralia juga menjadi rumah bagi Molly Maguires, sebuah perkumpulan rahasia Irlandia yang mengorganisasi para penambang dan diduga melakukan kejahatan serius pada 1860-an.

Pada 1890-an, kota itu memiliki populasi lebih dari 2.700 jiwa—yang semuanya hidup bergantung pada tambang. Meskipun menghadapi tantangan akibat Depresi Hebat pada 1929–1939, yang memaksa banyak tambang ditutup, Centralia tetap bertahan.

Namun, kebakaran 1962 menandai dimulainya akhir dari kejayaan Centralia. Api bawah tanah terus berkobar, membuat kota itu tidak dapat dihuni lagi.

Setelah menghabiskan 7 juta dolar AS (Rp110 miliar pada kurs saat ini) untuk memadamkan api, pemerintah setempat akhirnya menyerah pada 1990-an. Menurut Departemen Perlindungan Lingkungan Negara Bagian Pennsylvania, api di kota itu dapat menyala selama satu abad lagi jika tidak dikendalikan.

Centralia menjadi tujuan wisata populer selama tiga dekade terakhir. Salah satu daya tarik utamanya adalah “Graffiti Highway” (Jalan Raya Grafiti) yang terkenal. Sesuai namanya, jalan terbengkalai yang berada di Rute 61 Jalan Negara Bagian Pennsylvania itu telah diubah menjadi kanvas berwarna-warni oleh seniman jalanan. 

Graffiti Highway di Centralia. (Foto: X/@cast_theout)
Graffiti Highway di Centralia. (Foto: X/@cast_theout)

Namun, pada 2020, perusahaan swasta yang menguasai Graffiti Highway melarang pengunjung mengakses jalan itu selama pandemi Covid-19. Perusahaan itu menutupi jalan raya tersebut dengan tumpukan tanah, sehingga membuat karya seni grafiti itu tak dapat dinikmati wisatawan. 

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut