Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bangga! Mahasiswa Indonesia Raih Juara 2 dan 3 di Teknofest 2025 Istanbul
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Perjuangan Anak Petani Indonesia Lulusan S2 Kampus Ternama di AS

Kamis, 10 Januari 2019 - 07:28:00 WIB
Kisah Perjuangan Anak Petani Indonesia Lulusan S2 Kampus Ternama di AS
Robinson Sinurat bersama orang tuanya saat wisuda S2 di New York (Foto: doc. Instagram Robinson Sinurat)
Advertisement . Scroll to see content

Awal Baru di Kampus Sriwijaya

Setibanya di kampus Universitas Sriwijaya, dia harus memikirkan cara untuk membayar uang kos dengan sisa uangnya yang tinggal sekitar 250 ribu rupiah. Siapa yang menyangka ketika menemani temannya mencari rumah kos, dia lalu ditawari untuk tinggal bersama salah seorang penjaga kos yang mereka datangi.

“Kalau memang kamu mau, kamu tinggal sama saya aja, tapi ya namanya juga kamar penjaga kos-an ya, enggak ada apa-apa, dan sempit. Nanti kamu bayarnya terserah aja berapa dan kapan. Kalau kamu ada uang aja dibayar, tapi kalau uang listrik bayarlah ya, maksudnya paling cuman 10 atau 20 puluh ribu per bulan gitu,” katanya.

Satu masalah selesai, dia lalu harus memikirkan uang untuk membayar buku praktikum dan biaya hidup, khususnya untuk makan. Untuk menyiasati hal ini, Obin membuat strategi hanya makan satu kali sehari di kantin kampus di waktu sore hari, agar bisa mengganjal rasa lapar hingga keesokan harinya.

Untuk sepiring nasi dengan lauknya, Obin harus membayar sekitar 6-7 ribu rupiah.

“Jadi dulu itu strateginya adalah aku beli nasi banyak, sepiring gede terus pakai sayur, pakai ikan atau daging apa gitu bayarnya kan cuman itu doang,” jelasnya.

Untuk mengatasi rasa lapar yang biasa melanda di tengah malam, Obin menyimpan biskuit kelapa di kamarnya.

“Aku ambil 1-3 biji, makan, sambil nangis,” kenangnya.

“Aku tidak pernah kasih tahu (orangtua), kalau aku itu nggak makan. Tapi kalau yang bahagia-bahagianya aku kasih tahu. Karena kalau menurut aku, kalaupun aku kasih tahu aku susah segala macam, toh memang kalo mereka tidak ada (biaya) ya mau gimana, kan?” lanjutnya.

Agar bisa meneruskan kuliah, Obin lalu dianjurkan oleh dosen pembimbing dan dekan untuk mendaftar beasiswa dari PPA (Peningkatan Prestasi Akdemik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Nilainya yang selalu bagus sejak SMA serta doa orangtua membuahkan beasiswa di semester dua hingga lulus.

Untuk bertahan hidup, dia pun mencari peruntungan kerja dengan mengajar fisika di sekolah bimbingan belajar di pusat Kota Palembang yang berjarak sekitar satu jam dari kampusnya.
Pernah satu kali dia mengirimkan batik untuk orangtuanya dari hasil kerjanya.

“Mereka terharu dong,” ujar pria yang hobi jogging dan berenang ini.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut