Kisah Perjuangan Anak Petani Indonesia Lulusan S2 Kampus Ternama di AS
Mengejar Impian Hingga ke Negeri Paman Sam
Obin lalu memiliki cita-cita yang baru, yaitu pergi ke AS untuk menempuh pendidikan. Setelah empat kali mencoba mendaftar beasiswa untuk program Young Southeast Asian Leaders Initiative dari Pemerintah AS, dia lalu berhasil memperolehnya.
Selama lima pekan, dia digodok di University of Nebraska di Kota Omaha, untuk belajar mengenai pengembangan keterlibatan warga (Civic Engagement) dan kepemimpinan.
“Yang pertama itu sih aku merasa bangga, karena aku pola pikirnya berubah, lebih baik, terus leadership skils-nya juga, dan public speaking juga, karena harus ngomong di depan teman-teman dan yang paling pentingnya lagi adalah aku harus practice bahasa inggris setiap hari sama teman-teman yang lain,” cerita Obin yang pernah bertemu dengan mantan Presiden AS Barack Obama, saat mengikuti konferensi di Malaysia.
Pada 2015, Obin kemudian terpilih untuk mengikuti program dari Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI) untuk pergi ke Ende, Nusa Tenggara Timur. Dari 45 ribu orang yang mendaftar hanya 33 yang terpilih, termasuk dirinya.
Kunjungannya ke Ende kemudian mendatangkan gagasan untuk membuat perpustakaan untuk anak-anak SD, SMP, dan SMA.
Sesuai dengan rencananya, tak lama kemudian Obin memutuskan untuk mendaftar beasiswa untuk studi S2.
“Karena aku dulu waktu pertama kerja aku udah membuat semacam goal satu target, dalam waktu dua tahun aku mau lanjut lagi s2 di bidang sosial, karena pekerjaan aku selama ini sosial tapi karena background aku itu fisika kadang orang merasa kalau aku prakteknya udah banyak, cuman di teori tidak ada. Nggak ada degree-nya di teorinya,” jelas Obin yang juga pernah bekerja untuk organisasi nirlaba American Voices di Indonesia dan mengikuti program Rumah Perubahan Rhenald Kasali.
Melalui beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Pendidikan), Obin berhasil diterima di berbagai universitas di Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris.
"(Mamak) kalau tidak salah lagi metik cabe, terus katanya dia langsung kayak berlutut gitu, ucapan syukur gitu lho. Di deket pohon cabe,” kenangnya, sambil tertawa.
“Terus dia nangislah, dia bilang ‘selamat ya nak’,” lanjutnya.
Dari seluruh universitas yang menerimanya, Obin memutuskan untuk memilih Columbia University, sebuah universitas prestisius atau Ivy League di New York. Jurusan 'social work' (pekerjaan sosial) menjadi pilihannya.
“Yang lucunya aku cerita ke orangtua, ke Bapak sama Mamak kan, aku lolos Columbia university di Amerika. Terus kata mereka, bukannya di ucapin selamat, ini enggak. ‘Loh kenapa ke Amerika lagi? Bukannya kemaren mau ke Inggris?” ujarnya lagi sambil tertawa.