Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Tegaskan Tak Pernah Mabuk, Peringatkan Anak-anaknya Tak Konsumsi Narkoba
Advertisement . Scroll to see content

Kisah WNI di Venezuela saat Hiperinflasi: Rogoh 1,7 Miliar untuk Makan

Kamis, 23 Agustus 2018 - 08:14:00 WIB
Kisah WNI di Venezuela saat Hiperinflasi: Rogoh 1,7 Miliar untuk Makan
Mata uang baru di bagian atas dan mata uang lama. (Foto: doc. Tri Astuti)
Advertisement . Scroll to see content

CARACAS, iNews.id - Seorang warga negara Indonesia (WNI) di Venezuela, yang sempat mengalami hiperinflasi, bercerita dirinya harus mengeluarkan uang 1,7 miliar bolivar atau sekitar Rp7 juta untuk makan di restoran.

Pelaksana fungsi ekonomi Kedutaan Indonesia di Caracas, Tri Astuti, mengatakan, acara makan bersama sekitar 20 orang dengan menu makan siang biasa terpaksa dibayar melalui transfer bank tambahan karena uang yang ada tidak cukup.

"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi oleh pihak restoran kami diberi nomor rekening agar bisa ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," ungkap Tri Astuti.

Acara makan siang warga Indonesia di Venezuela. (Foto: Tri Astuti)

Dia bercerita, acara itu digelar pada 14 Agustus lalu. Saat makan siang, mereka dihidangkan menu kentang, kerang, ikan, dan ayam.

Harga menu tersebut biasanya sekitar 500 juta pada awal tahun dengan jumlah orang yang sama.

Pemerintah Venezuela mengeluarkan mata uang kertas baru pada Senin (20/8), menyusul hiperinflasi. Ribuan toko tutup, Selasa (21/8), untuk penyesuaian mata uang baru itu.

Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi yang sebelumnya 2,5 juta bolivar di Caracas pada Juli, kini menjadi 25 bolivar.

Namun, sejumlah warga di Caracas mengatakan kepada BBC, penarikan uang dibatasi hanya 10 bolivar pada Selasa (21/8).

Tri Astuti (kiri) bersama rekannya saat makan siang, yang sempat mencapai 65 juta bolivar. (Foto: doc. Tri Astuti)

Untuk menghindari membawa uang berkantung-kantung, semakin banyak warga Venezuela yang mentransfer uang untuk transaksi kecil sekalipun di tengah harga yang melejit.

Para penjaga restoran memberikan rincian bank dan mempercayakan kepada pelanggan untuk mentransfer uang.

Ambruknya perekonomian Venezuela ditandai antara lain dengan hiperinfilasi, pemadaman listrik, kurangnya pasokan makanan serta obat-obatan. Situasi ini menyebabkan jutaan warga Venezuela keluar dari negara yang kaya minyak itu.

Menurut data PBB, sebanyak 2,3 juta warga Venezuela meninggalkan negara itu sejak 2014 saat krisis ekonomi mulai menggigit.

Banyak yang menyalahkan Presiden Nicolas Maduro dan pemerintahannya atas situasi suram negara itu.

"Hiperinflasi sangat terasa menjelang pertengahan 2018," kata Tri Astuti.

Di pasar tradisional, transaksi juga melalui transfer karena harga sayuran mencapai 30 juta bolivar dan ikan sekitar 40 juta bolivar.

Setelah pergantian mata uang baru, makan siang di gerai cepat saji yang biasanya sekitar 65 juta bolivar, Rabu (23/8) menjadi 625 bolivar.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut