TAIPEI, iNews.id – Pentolan konglomerat Taiwan, Douglas Hsu, pada Selasa (30/11/2021) ini mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Pebisnis yang kekayaan bersihnya mencapai 2,5 miliar dolar AS (Rp35,8 triliun) mengatakan, dia menolak kemerdekaan Taiwan dari China.
Pernyataan tersebut disampaikan Hsu, setelah Beijing mendenda perusahaannya sebagai peringatan keras China terkait isu kedaulatan Taiwan.
Pasukan Israel Eksekusi 2 Warga Palestina Tak Bersenjata dari Jarak Dekat
China minggu lalu membidik Grup Timur Jauh milik Hsu dengan serangkaian masalah, mulai dari soal pajak hingga standar keselamatan kebakaran. Beijing pun mengenakan denda kepada grup usaha itu dengan nilai total mencapai 474 juta yuan (74,4 juta dolar AS).
Grup Timur Jauh memiliki gurita bisnis di China daratan, di antaranya di bidang perhotelan hingga petrokimia.
27 Pesawat Tempur China Kembali Teror Taiwan, termasuk 5 Pengebom Nuklir
China memang tidak secara langsung menyatakan perusahaan Hsu bersalah lantaran mendukung kemerdekaan Taiwan. Namun, langkah Beijing menjatuhkan denda tersebut menjadi peringatan sendiri bagi perusahaan-perusahaan Taiwan yang terancam tak bisa beroperasi lagi di Cina karena mendukung kemerdekaan pulau itu.
Dalam sebuah surat terbuka kepada media Taiwan, United Daily News, Hsu mengatakan bahwa di bawah suasana politik saat ini, opini publik tertentu menempatkan rasa bersalah pada perusahaan-perusahaan Taiwan yang berinvestasi di China. Padahal, bagi dia pandangan semacam itu sebenarnya tidak perlu.
Pemerintah Australia Dinilai Bermain Api dengan Libatkan Diri dalam Konflik Taiwan
Hsu mengklaim, banyak jajak pendapat dalam beberapa tahun terakhir yang menunjukkan sebagian besar dukungan rakyat Taiwan untuk mempertahankan status quo di Selat Taiwan.
“Seperti kebanyakan orang Taiwan, saya berharap hubungan lintas selat mempertahankan status quo. Saya selalu menentang kemerdekaan Taiwan,” katanya, seperti dikutip kembali Reuters, Selasa (30/11/2021).
Kapal Perang AS Berpeluru Kendali Kembali Lintasi Selat Taiwan, Bagaimana Reaksi China?
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku