Korban Tewas Gempa China Jadi 131 Orang, Tim Penyelamat Terkendala Suhu Beku
HAIDONG, iNews.id - Korban tewas gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Provinsi Gansu, China, bertambah menjadi 131 orang hingga Rabu (20/12/2023). Gempa mengguncang pada Senin (18/12/2023) tengah malam bertitik pusat di daerah Jishishan.
Pihak berwenang mengungkap, 113 korban tewas berada di Gansu dan 18 lainnya di Qinghai, provinsi tetangga. Titik pusat gempa hanya berjarak 5 km dari perbatasan provinsi.
Sementara itu korban luka di Gansu dan Qinghai masing-masing 782 dan 198 orang.
Ribuan petugas penyelamat dari pemadam kebakaran, tim layanan darurat, serta militer dan polisi dikerahkan untuk mencari korban. Mereka menghadapi kondisi cuaca yang tak bersahabat yakni suhu mencapai -15 derajat Celsius serta hujan salju.
Petugas menemukan 78 korban selamat dari balik reruntuhan rumah di Gansu pada Selasa (19/12/2023) sore.
Selain itu petugas menghadapi kendala rusaknya infrastruktur jalan akibat guncangan maupun tanah longsor, sehingga kesulitan mengkses daerah terpencil. Bencana juga memutus pasokan listrik dan air.
Para ahli mengungkap, korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan dan terpapar suhu -10 derajat Celcius berisiko terserang hipotermia. Mereka mungkin hanya bisa bertahan selama 5 hingga 10 jam dalam kondisi tidak terluka.
Di Gansu, lebih dari 207.000 unit rumah hancur serta hampir 15.000 lainnya ambruk, berdampak pada lebih dari 145.000 orang.
Pemerintah pusat maupun daerah menyiapkan lebih dari 128.000 perlengkapan darurat, termasuk tenda, selimut, lampu dan tempat tidur lipat, untuk korban.
Daerah yang dilanda gempa secara geografis merupakan zona transisi antara dua dataran tinggi, dengan ketinggian berkisar antara 1.800 hingga 4.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Gempa bumi biasa terjadi di Gansu, terletak di zona aktif dataran tinggi Qinghai-Tibet. Gempa paling mematikan di China dalam puluhan terakhir terjadi pada 2008 dengan kekuatan 8 Skala Richter. Gempa yang bertitik pusat di Sichuan itu menewaskan hampir 70.000 orang.
Editor: Anton Suhartono