Korut Minta AS-Korsel Hentikan Latihan Perang: Provokasi Tak Dapat Ditoleransi Lagi
PYONGYANG, iNews.id - Korea Utara (Korut) menuntut agar Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menghentikan latihan militer bersama. Mereka menilai latihan perang yang dianggap provokasi tersebut tak dapat ditoleransi lagi.
"Ketergesaan dan provokasi seperti itu tidak dapat lagi ditoleransi," tulis Korut dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi, Selasa (1/11/2022).
Masih dalam pernyataan tersebut, Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa di Korut, Pak Jong Chon juga memperingatkan AS dan Korsel terhadap segala upaya untuk menyerang.
"Jika AS dan Korsel berusaha menggunakan angkatan bersenjata melawan Korut tanpa rasa takut, sarana khusus angkatan bersenjata kami akan menjalankan misi strategis tanpa penundaan," katanya.
Dia menambahkan, AS dan Korsel harus menghadapi konsekuensi yang mengerikan dan membayar harga paling mengerikan dalam sejarah.
Sebelumnya, AS dan Korsel memulai salah satu latihan udara militer gabungan terbesarnya pada Senin (31/10/2022). Latihan perang ini melibatkan ratusan pesawat tempur dari kedua belah pihak. Mereka melakukan serangan tiruan 24 jam sehari selama lebih dari seminggu.
Kementerian luar negeri Korut pada hari Senin menuntut diakhirinya latihan tersebut. Mereka mengancam, Pyongyang dapat mengambil langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat.
Kedua Korea secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953. Keduanya lebih memilih kesepakatan gencatan senjata daripada perjanjian damai.
Washington dan Seoul yakin Korut mungkin akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017. Maka dari itu, mereka telah menerapkan strategi "menghalangi" Pyongyang melalui latihan militer besar yang menurut beberapa pejabat dan mantan pejabat dapat memperburuk ketegangan.
Juru bicara keamanan Gedung Putih, John Kirby mengatakan masih ada kekhawatiran bahwa Korut akan melakukan uji coba nuklir ketika pertemuan G20 digelar di Bali pada pertengahan bulan.
"Secara umum, kekhawatiran kami tetap tinggi," kata Kirby.
Editor: Umaya Khusniah