Kremlin: Rusia Pantau Program Militer Luar Angkasa AS
MOSKOW, iNews.id - Rusia memantau program militer luar angkasa Amerika Serikat (AS). Lembaga khusus telah ditugaskan untuk melakukan misi tersebut.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan tindakan ini diambil, terutama setelah Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi yang diusulkan Rusia soal pencegahan perlombaan senjata di luar angkasa.
"Pertama, tentu saja, badan khusus kami melakukan tugasnya. Kedua, kami hanya meminta Anda untuk memperhatikan fakta, kita tidak bisa mengadopsi resolusi yang sesuai mengenai luar angkasa," kata Peskov, seraya meminta jurnalis untuk mengawasi negara-negara yang tak menyetujui resolusi tersebut, dikutip dari Sputnik, Rabu (22/5/2024).
Dewan Keamanan PBB pada Senin lalu gagal mengadopsi resolusi yang diusulkan Rusia untuk mencegah perlombaan senjata di luar angkasa. Sebanyak 7 negara setuju melawan 7 lainnya yang menolak. Satu negara lain memilih abstain. AS dan Inggris termasuk negara yang menentang resolusi itu.
Butuh setidaknya 9 dari total 15 suara untuk menyetujui suatu resolusi di Dewan Keamanan PBB. Tentunya dengan catatan tak ada satu pun dari lima anggota tetap, yakni AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis, yang menggunakan hak veto.
Resolusi usulan Rusia itu mendesak semua negara untuk mencegah penempatan, ancaman, atau penggunaan senjata apa pun di luar angkasa selamanya.
Rusia mengajukan draf itu setelah pada bulan lalu memveto rancangan dari AS yang menyerukan negara-negara untuk mencegah perlombaan senjata di luar angkasa. Veto Rusia itu menimbulkan kecurigaan dari AS, apakah Negeri Beruang Merah itu menyembunyikan sesuatu.
“Kami berada di sini hari ini karena Rusia berupaya mengalihkan perhatian global dari pengembangan satelit baru yang membawa perangkat nuklir,” kata Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood.
Dia juga menuduh Rusia meluncurkan satelit ke orbit rendah Bumi pada Kamis pekan lalu. AS curiga satelit itu adalah senjata anti-luar angkasa yang bisa menyerang satelit lain di orbit rendah Bumi.
“Rusia mengerahkan senjata antariksa terbaru ini ke orbit yang sama dengan (keberadaan) satelit pemerintah AS,” kata Wood, merujuk pada pernyataan dari Departemen Pertahanan AS (Pentagon).
Juru Bicara Pentagon Pat Ryder pada Selasa mengatakan, Rusia meluncurkan satelit yang membawa senjata antariksa yang mungkin bisa menyerang satelit lain di orbit rendah Bumi. Rusia disebut meluncurkan satelit itu tanpa memberitahu AS.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia membantahnya.
"Saya bahkan tidak paham betul apa yang dia (Wood) sampaikan," ujarnya, merespons.
Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Ryabkov juga membantah tuduhan itu. Dia menegaskan pernyataan Pentagon yang menuduh bahwa Rusia meluncurkan satelit yang membawa senjata adalah informasi salah.
“Saya rasa kita tidak perlu menanggapi misinformasi apa pun dari Washington. Program luar angkasa Rusia berkembang sesuai rencana, peluncuran pesawat luar angkasa untuk berbagai tujuan, termasuk (membawa) perangkat yang bisa memecahkan masalah penguatan kemampuan pertahanan. Kami secara konsisten menentang penempatan senjata serang di orbit rendah Bumi,” kata Ryabkov.
Perjanjian Luar Angkasa 1967 melarang negara-negara yang ikut menandatanganinya, termasuk Rusia dan AS, untuk menempatkan objek apa pun yang membawa senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya di orbit sekitar Bumi.
Editor: Anton Suhartono