Mahasiswa Indonesia di Wuhan: Hanya Orang Bodoh yang Mau Bertahan di Sini
WUHAN, iNews.id - Ribuan warga asing di Wuhan, China, menjerit ingin segera dijemput oleh pemerintah masing-masing akibat semakin parahnya wabah virus korona baru di kota itu. Namun tak mudah untuk mengeluarkan warga dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, karena wilayah itu berstatus isolasi atau karantina.
Fadli, mahasiswa program doktoral asal Indonesia, mengaku tak sabar ingin segera keluar dari Wuhan. Dia bersama teman-temannya berharap bisa segera pergi dari 'kota hantu' tersebut, meskipun hanya ke kota lain di luar Wuhan.
"Intinya kami ingin keluar dari sini. Hanya orang bodoh yang ingin bertahan di Wuhan," ujarnya, dikutip dari AFP, Kamis (30/1/2020).
Ada 100 warga Indonesia di Wuhan, di mana 84 di antaranya adalah mahasiswa dan 16 lainnya merupakan tamu para mahasiswa tersebut.
Selain itu ada 143 WNI lainnya yang berada di kota-kota Provinsi Hubei. Kota-kota tersebut juga dikarantina.
Keluhan lain disampaikan seorang perempuan Thailand, Aphinya Thasripech (32). Terlebih, di perutnya ada janin berusia 2 bulan.
Aphinya datang ke China untuk menikah dengan pria asal Xiantao, berjarak 200 kilometer dari Wuhan. Namun kini dia dan suaminya terperangkap.
"Saya merasa sakit karena mereka tidak peduli dengan kami. Entah, saya bisa mati kelaparan atau terinfeksi," kata pekerja pabrik itu, seraya mengkhawatirkan nasib janinnya.
Pemerintah Thailand mengaku masih menunggu izin dari otoritas China untuk mengevakuasi 65 warganya di Wuhan.
Namun menurut Aphinya, situasi ini sama saja seperti menunggu waktu untuk mati.
"Cepat atau lambat akan sampai ke kita," kata Aphinya, seraya menceritakan seorang pria yang tiba-tiba ambruk saat berada di restoran dekat tempat tinggalnya.
Beberapa warga Myanmar yang tinggal di Wuhan juga menjerit di Facebook meminta agar segera dijemput.
"Negara-negara lain sudah menjemput warga mereka, kapan kami bisa pulang? Saya sakit kepala karena terlalu sering menangis. Saya tidak bisa tidur di malam hari," kata Khin Thiri Thant Zin, seorang dokter magang di rumah sakit Wuhan.
Editor: Anton Suhartono