Mahasiswi Indonesia Kisahkan Kengerian Gempa di Hokkaido Jepang
"Sekitar delapan detik kemudian gempanya datang dan lumayan kencang. Saya agak takut, jujur saja. Saya juga agak bingung harus bagaimana karena sudah panik. Haruskah keluar atau ngumpet di bawah meja, saya bingung," katanya, lagi.
Saat itu listrik padam, tidak ada cahaya sama sekali, sehingga dia memutuskan tidur lagi. Dia mengakui seharusnya tidak melanjutkan tidur, namun melihat kondisi di luar terlebih dulu. Apalagi jika gempa susulan masih terus terjadi.
Listrik padam membuat sinyal komunikasi putus. Karena itu, dia tak bisa memberi dan mendapat kabar dari kerabat dan teman-teman. Informasi seputar gempa pun minim didapat. Hal ini menjadi kendala baginya karena tidak ada WNI lain yang tinggal di sana.
"Provider mati, jadi sinyal jelek banget enggak bisa kirim kabar apa pun ke teman-teman, keluarga," katanya.
Lebih lanjut Diera menuturkan, kondisi di Obihiro cukup sulit karena penduduknya banyak. Dampaknya, tempat-tempat penjual makanan diserbu warga.
"Kenapa (daerah) yang lebih besar lebih parah, karena lebih banyak penduduknya maka lebih sedikit makanan yang tersedia," ujarnya.