Mengapa Wilayah Udara Rusia Paling Berharga di Dunia? Simak Penjelasannya
JAKARTA, iNews.id - Inilah alasan mengapa wilayah udara Rusia paling berharga di dunia? Wilayah udara Rusia merupakan wilayah udara paling mahal di dunia.
Maskapai penerbangan Eropa — dan bahkan Amerika Utara — sering mengandalkan wilayah udara Rusia saat melakukan rute ke tujuan seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan.
Menurut analis penerbangan, Alex MAcheras, maskapai penerbangan Eropa sendiri dapat membayar sekitar USD420 juta dalam satu tahun untuk melewati wilayah udara Rusia.
Lantas, bagaimana wilayah udara Rusia bisa menjadi sangat berharga dan penting? Simak ulasan iNews.id berikut ini.
Rusia berada di antara jalur Asia Timur dan Eropa yang memiliki ikatan signifikan dalam aktivitas ekonominya. Rusia yang berada di antara kedua wilayah penting ini menjadi pengatur lalu lintas udara diantara keduanya.
Penerbangan di atas wilayah udara Rusia tidak membutuhkan waktu yang lama dan dengan demikian telah secara signifikan mempengaruhi fungsionalitas wilayah udara antara dua wilayah dunia Eropa dan Asia Timur.
Namun, selama Perang Dingin, maskapai asing tidak diizinkan terbang di atas wilayah Uni Soviet. Hal ini kemudian menjadi hambatan utama untuk melakukan perjalanan antara Eropa dan sebagian besar Asia.
Barulah setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, Rusia mulai mengizinkan maskapai asing untuk terbang di atas wilayah udaranya.
Ini adalah kabar baik. Maskapai dengan cepat beralih ke penerbangan langsung dari Eropa ke Asia Timur.
Mengingat bahwa terbang di atas wilayah Rusia menghemat banyak waktu dan uang maskapai, negara Beruang Merah ini kemudian memutuskan untuk mengenakan biaya untuk itu.
Meskipun ini adalah rahasia bisnis, satu hal yang pasti - maskapai membayar biaya besar untuk terbang di atas wilayah Rusia. Inilah yang kemudian dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa harga tiket pesawat jauh lebih mahal dibandingkan dengan penerbangan dari Eropa ke AS.
Jadi, itulah alasan mengapa wilayah udara Rusia paling berharga di dunia.
Editor: Komaruddin Bagja