Menhan Taiwan Tegaskan Tak Ingin Perang Lawan China: Kami Defensif!
TAIPEI, iNews.id - Taiwan menegaskan tak ingin berperang melawan China. Kekuatan militer yang dibangun saat ini berfokus pada pertahanan yakni mencegah upaya China untuk merebut wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menegaskan, China lah yang membuat onar dan provokator di balik meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan.
“Kami tidak pernah menginginkan perang. Kami sangat jelas, seluruh strategi kami adalah operasi defensif,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Senin (17/6/2024).
Dia menambahkan militernya mengandalkan perang asimetris yakni membuat pertahanan sekuat mungkin menghadapi potensi serangan China dari berbagai arah.
Saat ditanya wartawan berapa lama Taiwan bisa bertahan tanpa bantuan militer Amerika Serikat (AS), Koo menegaskan kebergantungan dari negara lain bukan inti dari strategi pertahanan Taiwan. Sebagai bagian dari reformasi militer yang masih berlangsung, kata dia, Taiwan mempromosikan gagasan perang asimetris karena kekuatan militernya jauh lebih kecil dibandingkan China.
Untuk itu Taiwan mengandalkan unit-unit yang mampu bergerak sehingga sulit diserang. Rudal-rudal dan drone tak akan disimpan dalam silo bawah tanah, namun di kendaraan.
"Strategi kami, hipotesis kami, adalah perang asimetris untuk membangun pencegahan multi-domain. Selama proses ini bisa melemahkan kemampuan China untuk melakukan invasi," tuturnya.
Presiden Taiwan Lai Ching Te pada Minggu kemarin mengatakan, mencaplok dan meleyapkan Taiwan sebagai tujuan nasional yang China. Oleh karena itu dia mengingatkan kepada peajurit militer untuk tidak menyerah. Slogan 'pertempuran pertama adalah pertempuran terakhir' tak boleh dijadikan pegangan karena itu sama saja Taiwan akan runtuh setelah China melancarkan serangan.
China menganggap Lai sebagai tokoh separatis yang berbahaya. Dia disebut membuat risiko konflik dengan mendorong kemerdekaan Taiwan secara formal.
Lai berkali-kali mengatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang bisa memutuskan masa depan mereka.
Editor: Anton Suhartono