Michelle Obama Sebut Pengakuan Meghan soal Rasisme Keluarga Kerajaan Inggris Memilukan

LONDON, iNews.id - Mantan Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama terenyuh dengan kisah Meghan Markle soal ada anggota keluarga kerajaan Inggris yang berlaku rasisme soal warna kulit putranya, Archie.

Dalam wawancara dengan Oprah Winfrey pada 7 Maret lalu, istri Pangeran Harry itu mengatakan ada keluarga kerajaan yang menanyakan sejauh mana gelapnya kulit Archie. Pernyataan itu mengundang kehebohan soal tuduhan rasisme di kalangan keluarga kerajaan sehingga memaksa Ratu Elizabeth II turun tangan.

Baca Juga

Tragedi Kelaparan Melanda El-Fasher usai Jadi Medan Pembantaian Massal RSF

Ratu pada pekan lalu mengatakan keluarga kerajaan sedih dengan pengalaman yang dialami Harry dan Meghan. Dia berjanji akan melakukan pemeriksaan internal serta menegaskan ini merupakan masalah keluarga. 

Sementara itu kakak Harry, Pangeran William, menegaskan tak ada rasisme di keluarga kerajaan.

Baca Juga

Popularitas Pangeran Harry dan Meghan Anjlok Setelah Wawancara dengan Oprah Winfrey

Michelle menyebut kisah Meghan itu memilukan dan berharap bisa menjadi pelajaran bagi dunia.

"Saya merasa ini memilukan untuk didengar, dia merasa seperti berada di keluarganya sendiri,  pemikiran keluarga berbeda dengan dia," kata istri Barack Obama itu,  dalam wawancara dengan NBC News, seperti dilaporkan kembali Reuters, Selasa (16/3/2021).

Baca Juga

Tolak Tuduhan Meghan Markle, Pangeran William: Kami Bukan Keluarga Rasis

Meski demikian Michelle menegaskan perlakuan terhadap Meghan tersebut bukan hal baru dialami orang kulit berwarna.

"Seperti saya katakan sebelumnya, rasisme bukanlah konstruksi baru di dunia bagi orang-orang kulit berwarna. Jadi tidak mengejutkan mendengar perasaannya," ujarnya.

Dia mendoakan agar para pelaku rasis menyadari kesalahan mereka masalah ini bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi semua.

Ratu Elizabeth II pada pekan lalu mengeluarkan pernyataan, para bangsawan sedih dengan pengalaman yang dialami Harry dan Meghan seraya berjanji menyelidikinya.

Editor: Anton Suhartono