Palestina Akan Gelar Pemilu Pertama sejak 15 Tahun, Cairkan Hubungan Fatah dan Hamas
Pengumuman yang disampaikan Jumat (15/1/2021) itu hanya selang beberapa hari sebelum pelantikan presiden AS terpilih Joe Biden, sebuah sinyal bahwa Palestina ingin membina hubungan baru dengan AS setelah melewati masa-masa terburuk di bawah kepemimpinan Donald Trump.
"Seolah-olah Palestina memberi tahu pemerintah AS yang akan datang, 'kami siap untuk terlibat'," kata analis Gaza, Hani Habib.
Namun analis senior Tepi Barat Hani Al Masri tak yakin pemilu akan terwujud. Pemicunya konflik antara Fatah yang dipimpin Abbas dengan Hamas erta kemungkinan oposisi AS, Israel, dan Uni Eropa terhadap pemerintah Palestina.
Negara Barat kemungkinan akan menolak pemerintahan Palestina hasil pemilu jika di dalamnya terdapat Hamas, kelompok yang dimasukkan dalam daftar teroris.
"Apakah itu akan mengakhiri perpecahan atau membuatnya abadi, akankah hasilnya dihormati oleh Palestina, Israel, dan Amerika?” ujar Masri.
Palestina terakhir menggelar pemilu legislatif pada 2006, menghasilkan kemenangan mengejutkan oleh Hamas. Sejak itu terjadi keretakan yang semakin dalam ketika Hamas merebut kendali militer di Gaza pada 2007.
Namun berdasarkan polling terbaru pada Desember 2020 yang digelar Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina menunjukkan Fatah mendapat 38 persen dukungan dan Hamas 34 persen. Meski demikian polling memprediksi calon kuat presiden dari Hamas, Ismail Haniya, akan unggul di pilpres dengan memperoleh 50 persen lebih suara, sementara Abbas 43 persen.
Dalam pilpres terakhir pada 2005, Abbas memenangkan pemilu, namun saat itu Hamas tak ikut.
Editor: Anton Suhartono