Pangeran Arab Saudi: Tak Ada Agen Asing Terlibat dalam Pembunuhan Raja Faisal
Mengenai motif pelaku di balik pembunuhan sang ayah, Pangeran Turki mengatakan sangat sulit untuk membedakan apakah aksi itu terkait dengan Raja Faisal sebagai pribadi atau kebijakannya selama memerintah. Ini karena dia melihat motif pelaku mencakup kedua-duanya.
Pangeran Turki ingat, sebelum pengangkatannya, sudah lazim di Arab Saudi untuk tidak mengumumkan nama kepala badan intelijen. Namun, ketika dia ditunjuk untuk memegang jabatan itu pada 1979, ada yang berbeda. “Pengangkatan saya diumumkan dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Istana Kerajaan dan diumumkan kepada publik melalui media,” tuturnya.
“Ketika saya mengambil alih kendali (jabatan kepala), saya melihat peraturan Badan Intelijen Umum yang terdiri dari satu halaman. Setelah mendapatkan persetujuan dari para penguasa, saya bekerja keras untuk menerapkan peraturan intelijen yang komprehensif untuk memastikan kelancaran fungsi serta untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan,” ucapnya.
Pangeran Turki menekankan, Arab Saudi menaati hukum syariah Islam. Sistem intelijen dan yurisdiksinya tidak mengizinkan pembunuhan siapa pun di bagian dunia mana pun. Di sisi lain, peran intelijen adalah untuk mengumpulkan informasi dan mencari sumber sebelum menyerahkannya kepada pejabat terkait.
Pangeran Turki mencatat, Raja Faisal semasa hidupnya ingin membujuk anggota oposisi Saudi yang tinggal di luar wilayah kerajaan untuk kembali ke negara mereka. “Kementerian Dalam Negeri, Badan Intelijen Umum, dan perwakilan raja memainkan peran mereka dalam membuat upaya Raja Faisal berhasil mengembalikan sebagian dari mereka (para oposisi) ke negara ini,” ujarnya.