Pecahkan Rekor, Bayi Kembar Ini Lahir dari Embrio yang Dibekukan 30 Tahun dan Tertua di Dunia
PORTLAND, iNews.id - Seorang ibu di Oregon, Amerika Serikat, melahirkan sepasang bayi kembar dari embrio yang telah dibekukan 30 tahun lalu. Keduanya jadi bayi tertua di dunia karena memecahkan rekor sebagai embrio beku terlama yang berhasil lahir, menurut National Embryo Donation Center.
Bayi bernama Lydia dan Timothy Ridgeway ini lahir pada 31 Oktober 2022. Pemegang rekor bayi tertua sebelumnya Molly Gibson, lahir pada tahun 2020 dari embrio yang telah dibekukan selama hampir 27 tahun atau tepatnya pada 14 Oktober 1992. Sementara saudara perempuan Molly bernama Emma Wren Gibson, lahir 25 November 2017 dari embrio yang telah dibekukan 24 tahun.
Ada kemungkinan embrio beku yang lebih tua telah digunakan. CNN melaporkan, meskipun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melacak tingkat keberhasilan dan data seputar teknologi reproduksi, mereka tidak melacak berapa lama embrio telah dibekukan. Namun, sejauh ini tidak ada bukti ada embrio yang lebih tua dari Lydia dan Timothy Ridgeway, berhasil dilahirkan.

Kelahiran si kembar disambut bahagia orang tuanya, Philip Ridgeway dan Rachel Ridgeway. Lydia lahir dengan berat 2,58 kilogram (kg) dan Timothy 2,92 kilogram.
"Mereka lahir dengan berat badan yang bagus. Ini benar-benar anugerah Tuhan karena dia telah menopang kami di setiap langkah," kata Rachel Ridgeway, ibu si kembar kepada CNN, dikutip Selasa (22/11/2022).
Bagi Ridgeways, ada yang membingungkan dari kelahiran bayi kembar mereka. Ini terkait usia embrio saat dibekukan dan usia mereka sebagai orang tua, saat itu.
"Ada sesuatu yang membingungkan. Saya berumur 5 tahun ketika Tuhan memberikan kehidupan kepada Lydia dan Timothy dan dia telah memelihara kehidupan itu sejak saat itu," kata Philip Ridgeway saat dia dan istrinya menggendong si kembar yang baru lahir di rumah mereka di pinggiran Portland, Oregon.
"Artinya, mereka adalah anak tertua kami meskipun mereka juga adalah anak terkecil kami," kata Philip Ridgeway.
Philip dan Rachel memiliki empat anak lainnya masing-masing berusia 8, 6, 3 dan hampir 2 tahun. Tidak ada satu pun di antara mereka yang dikandung melalui metode IVF atau donor.
Philip Ridgeway mengungkapkan, sejak awal mengadopsi embrio berusia 30 tahun itu, mereka ingin anak-anaknya terlibat. Itu sebabnya mereka telah menjelaskan kepada keempat anaknya saat melewati langkah-langkah hingga si kembar lahir.
"Mereka sangat bersemangat dan bahagia bersama kami di setiap proses. Mereka mencintai saudaranya, mereka bermain bersama dan sangat menantikan untuk segera mengetahui apakah Tuhan memberikan mereka dua saudara laki-laki, dua perempuan atau seorang saudara laki-laki dan perempuan," kata Ridgeway.
Embrio Dibekukan pada 22 April 1992
Embrio yang diadopsi Philip dan Rachel Ridgeway dibekukan pada 22 April 1992 untuk pasangan suami istri anonim menggunakan metode in vitro fertilisation (IVF) atau bayi tabung. Sang suami berusia awal 50-an saat itu dan mereka menggunakan donor sel telur berusia 34 tahun.
Dr John Gordon, dokter keluarga Ridgeways mengatakan, embrio itu disimpan di laboratorium kesuburan di West Coast. Pada 2007, pasangan yang membuatnya menyumbangkan embrio tersebut ke National Embryo Donation Center di Knoxville, Tennessee, dengan harapan pasangan lain dapat menggunakannya.
Philip Ridgeway mengatakan, tidak pernah memikirkan jumlah anak yang ingin dia miliki bersama istrinya. Keduanya hanya berpikir ingin memiliki anak sebanyak yang ingin Tuhan berikan kepada mereka.
"Ketika kami mendengar tentang adopsi embrio, kami pikir itu sesuatu yang ingin kami lakukan," ujar Philip Ridgeway.
Bagi keluarga Ridgeways, membangun keluarga selalu menjadi bagian dari panggilan yang lebih besar. "Kami tidak mencari embrio yang telah dibekukan paling lama di dunia. Kami hanya menginginkan yang telah menunggu paling lama,” kata Philip Ridgeway.
Saat mencari donor, Ridgeways bertanya kepada pusat donasi tentang kategori embrio yang disebut pertimbangan khusus, yang berarti sulit menemukan penerima untuk embrio ini. Namun, dia juga menegaskan melibatkan Tuhan dalam keputusannya.
"Kami mempercayai Tuhan untuk melakukan apa pun yang telah Dia rencanakan,” kata Rachel Ridgeway.
Untuk memilih embrio, Rachel dan suaminya memeriksa database donor. Data itu tidak mencantumkan berapa lama embrio telah dibekukan, tetapi mencantumkan karakteristik donor seperti etnis, usia, tinggi badan, berat badan, riwayat genetik dan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, film dan musik favorit.
Ada juga beberapa file foto orang tua dan anak mereka jika mereka memilikinya. Dengan beberapa pertimbangan dan saran dari dokternya, Rachel dan suaminya memilih embrio dari pusat donasi. Selanjutnya embrio itu ditransfer kepada Rachel dan dua di antaranya tumbuh berkembang dalam kandungannya hingga lahir sepasang bayi kembar.
Editor: Maria Christina