Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Yordania Kirim Jet Tempur Bantu Amerika Gempur ISIS di Suriah
Advertisement . Scroll to see content

Pemenang Pilpres Amerika Ditentukan Electoral College, Apa Itu?

Selasa, 03 November 2020 - 14:19:00 WIB
Pemenang Pilpres Amerika Ditentukan Electoral College, Apa Itu?
Pilpres Amerika Serikat ditentukan oleh Electoral College (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pemilu Amerika Serikat atau Pilpres AS 2020 tak seperti di Indonesia yang menerapkan mekanisme popularitas, satu orang satu suara. Oleh karena itu, seorang capres AS yang unggul dalam polling belum tentu memenangkan pemilu.

Lantas, apa bagaimana cara menentukan pemenangnya? Berikut penjelasannya, seperti dikutip dari BBC.

Sistem pemilihan AS mengenal Electoral College, lembaga pemilihan yang menentukan siapa presiden dan calon presiden berikutnya.

Saat warga memberikan suara ke tempat pemungutan suara (TPS) atau melalui pos, mereka sebenarnya memilih sekelompok orang yang membentuk Electoral College.

Lembaga ini merujuk pada sekelompok orang yang mmeiliki tugas bersama. Mereka bertemu setiap 4 tahun, beberapa pekan setelah hari pemilihan pada 3 November.

Jumlah anggota Electoral College dari setiap negara bagian sebandung dengan jumlah populasi penduduk. Setiap negara bagian memiliki jumlah anggota Electoral College sebanyak yang dimiliki anggota parlemen di Kongres atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) plus Senat.

California memiliki anggota electoral terbanyak, yakni 55, sementara beberapa negara bagian yang berpenduduk lebih sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan Dakota Utara, serta Washington DC, memiliki minimal tiga. Total ada 538 anggota electoral.

Setiap anggota mewakili satu suara elektoral dan seorang capres AS harus memperoleh suara mayoritas, 270 atau lebih, untuk bisa melenggang ke Gedung Putih.

Umumnya, negara bagian memberikan semua suara elektoral kepada siapa pun pemenang. Misalnya, jika seorang capres memenangkan 50,1 persen suara di Texas, mereka akan mendapat semua suara elektoral yakni 38.

Alternatif lain, seorang capres bisa menang telak dan masih memperoleh jumlah suara elektoral yang sama.

Oleh karena itu, sangat mungkin bagi seorang kandidat untuk memenangkan posisi presiden melalui persaingan ketat di negara bagian, meskipun total suara secara nasional yang didapat lebih sedikit.

Hanya ada dua negara bagian yakni Maine dan Nebraska yang membagi suara Electoral College menurut proporsi suara yang diterima masing-masing kandidat. Inilah sebabnya mengapa capres lebih mengincar negara bagian tertentu, ketimbang memenangkan sebanyak mungkin suara nasional.

Setiap kemenangan di negara bagian, semakin mendekatkan mereka dengan 270 suara elektoral yang dibutuhkan.

Dua dari lima pemilu Amerika Serikat terakhir dimenangkan oleh kandidat yang memiliki suara lebih sedikit dibandingkan pesaing mereka.

Para capres bisa saja lebih populer dari pesaingnya, namun gagal memenangkan 270 suara elektoral.

Pada 2016, selisih suara yang didapat Donald Trump hampir 3 juta suara lebih sedikit daripada Hillary Clinton, namun dua memenangkan kursi presiden. Itu karena suara elektoral yang didapatnya lebih banyak.

Pada 2000, George W Bush memenangkan 271 suara elektoral, meskipun kandidat dari Partai Demokrat, Al Gore, memenangkan suara populer dengan selisih 500.000 lebih.

Tiga presiden lain yang terpilih tanpa memenangkan suara populer adalah John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison, semuanya terjadi di abad ke-19.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut