Pemilu Israel Pertaruhan bagi Netanyahu, Masuk Penjara atau Lanjutkan Jabatan PM
TEL AVIV, iNews.id - Israel menggelar pemilu Selasa (17/9/2019) yang akan menjadi pertaruhan bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, apakah bisa melanggengkan jabatannya atau tidak. Netanyahu merupakan perdana menteri Israel dengan masa jabatan terlama yakni lebih dari 13 tahun.
Ini merupakan pemilu Israel kedua yang digelar dalam 5 bulan terakhir, setelah partai Netanyahu, Likud, beserta koalisi gagal mendapat kursi mayoritas di parlemen. Itu merupakan kekalahan terbesar bagi Netanyahu dalam karier politiknya, meskipun Likud tetap menjadi pemenang dalam pemilu.
(Benjamin Netanyahu/AFP)
Pemilu kali ini menjadi tantangan bagi Netanyahu karena di saat bersamaan pria 69 tahun menghadapi dakwaan korupsi.
Jaksa Agung mengumumkan akan menyeret Netanyahu ke kursi pesakitan atas kasus penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan. Jika terlaksana, sidang akan diadakan setelah pemilu atau pada awal Oktober.
Banyak yang mengatakan Netanyahu akan mendapat kekebalan hukum jika terpilih kembali. Untuk itulah, jabatan perdana menteri menjadi penting untuk diraihnya.
Alasan inilah yang membuat Netanyahu melakukan upaya apa pun demi mendapat dukungan dari semua kelompok Yahudi, apalagi kelompok sayap kanan. Bahkan dia menjanjikan akan mencaplok daerah pendudukan Lembah Jordan di Tepi Barat bagi pemukim Yahudi jika memenangkan pemilu.
(Netanyahu menunjukkan peta Tepi Barat yang akan dicaplok/AFP)
Dua hari sebelum kampanye atau pada Minggu, kabinet Israel menyetujui rencana Netanyahu mencaplok Lembah Jordan, langkah yang jelas-jelas melanggar hukum internasional.
Tak hanya itu Netanyahu juga berjanji mencaplok wilayah pendudukan di Tepi Barat lebih luas lagi yang seharusnya menjadi hak Palestina untuk dijadikan permukiman Yahudi. Rencana ini jelas akan mengakhiri harapan perdamaian Israel dan Palestina melalui solusi dua negara.
Tak hanya di dalam negeri, Netanyahu juga berupaya meraih dukungan internasional untuk jabatannya dengan berkunjung ke beberapa negara, termasuk Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
(Billboard kampanye Netanyahu bersama Donald Trump/AFP)
Netanyahu juga sering berbicara secara terbuka mengenai perang udara Israel di Suriah melawan musuh bebuyutan Iran serta kelompok Hizbullah di Lebanon. Ironisnya, jika terkait Palestina, dia cenderung menghindari pembicaraan soal itu, selain operasi keamanan.
Netanyahu lahir di Tel Aviv pada 1949, setahun lebih setelah Israel didirikan. Dari hasil pernikahan dengan istrinya, Sara, dia memiliki dua putra. Satu anak perempuan didapat dari pernikahan Netanyahu dengan istri sebelumnya.
Anak seorang profesor sejarah itu menghabiskan sebagian besar waktunya di Amerika Serikat. Dia menamatkan studi di kampus bergengsi Institut Teknologi Massachusetts (MIT).
Pengalaman militer didapat dengan berdinas dengan unit elite dan pernah tertembak dalam pertempuran. Lepas dari militer, karier Netanyahu semakin moncer terlebih setelah ditugaskan menjadi Duta Besar Israel untuk AS dan kemudian menjabat Dubes Israel untuk PBB.
Dia menjadi perdana menteri Israel termuda pada 1996, yakni di usia 46 tahun, meskipun dikalahkan 3 tahun kemudian. Dia kembali berkuasa pada 2009 dan menjabat hingga saat ini.
Editor: Anton Suhartono