Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Raja Charles Sampaikan Duka Cita untuk Korban Banjir di Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

Penelitian: 3 Juta Nyawa Selamat Berkat Aturan Lockdown di Eropa

Rabu, 10 Juni 2020 - 10:19:00 WIB
Penelitian: 3 Juta Nyawa Selamat Berkat Aturan Lockdown di Eropa
Situasi lockdown di sebuah kota di Inggris (foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Sebuah penelitian ilmiah menyatakan kebijakan lockdown yang diterapkan beberapa negara di Eropa menyelamatkan jutaan nyawa sejak pandemi Covid-19 ditetapkan enam bulan lalu.

Dilansir dari BBC, penelitian tersebut dilakukan oleh tim di Imperial College London yang dipublikasikan, Selasa (9/6/2020) kemarin. Dalam penelitiannya, tim Imperial College London menganalisa dampak pembatasan wilayah (lockdown) di 11 negara Eropa yakni Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss dan Inggris sejak Januari sampai Mei lalu.

Dalam rentang waktu tersebut angka kematian di negara-negara itu akibat Covid-19 mencapai lebih dari 130.000 orang. Jumlah ini lebih jauh lebih rendah dari perkiraan peneliti yakni 3,2 juta orang akan meninggal jika negara-negara benua biru tidak memberlakukan aturan lockdown.

Artinya, kebijakan lockdown telah menyelamatkan 3,1 juta orang termasuk 690 ribu orang di Prancis, 630 ribu orang di Italia dan 470 ribu warga Inggris.

"Lockdown menghindarkan jutaan orang dari kematian. Angka kematian tersebut akan menjadi sebuah tragedi," ungkap Dr Seth Flaxman dari tim peneliti Imperial College.

Penelitian tersebut juga menyatakan andai kebijakan lockdown tidak dilakukan di Eropa maka pandemi virus Covid-19 akan selesai dalam waktu dekat. Diperkirakan hingga 15 juta orang di seluruh Eropa akan tertular pada awal Mei yang kemudian menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).

Lebih lanjut, Dr Flaxman menyatakan pencabutan lockdown di sejumlah negara Eropa berisiko memulai lagi penyebaran Covid-19.

"Klaim-klaim bahwa semua ini telah rampung dapat ditolak dengan tegas. Kita masih pada permulaan pandemi."

"Ada risiko sangat berbahata jika pergerakan kembali berlangsung, akan ada gelombang kedua yang datang dalam waktu dekat, dalam sebulan atau dua bulan ke depan," ucapnya.

Sejak akhir Mei lalu, sejumlah negara di Eropa seperti Jerman, Prancis, Italia dan Inggris melonggarkan aturan lockdown. Pusat bisnis, ruang publik sampai lokasi wisata telah dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.

Editor: Arif Budiwinarto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut