Penerbangan Perdana Tel Aviv-Abu Dhabi: antara Perselingkuhan Saudi dan Israel
Sebagai tanda kerja samanya dengan Israel, Arab Saudi mengizinkan penerbangan pesawat maskapai nasional Israel, El Al, untuk melintasi wilayah udaranya, Senin lalu.
“Pengumuman hari ini menandakan menghangatnya hubungan antara Kerajaan Arab Saudi dan Israel,” kata seorang rabi (pemuka agama Yahudi) dari Amerika yang memiliki hubungan dekat dengan petinggi negara-negara Teluk, Marc Schneier, kepada AFP.
“Meskipun mereka (Saudi) masih sangat berkomitmen terhadap rakyat Palestina, langkah pertama ini adalah langkah besar dan harus dirayakan,” ujar Schneier.
Pada Maret 2018, maskapai Air India meluncurkan layanan terjadwal pertama ke Israel yang diizinkan melintasi wilayah udara Saudi. Peristiwa tersebut dapat dilihat sebagai tanda lain dari membaiknya hubungan Arab Saudi dengan Israel.

Arab Saudi sebagai tuan rumah bagi situs-situs Islam yang paling suci, harus menghadapi perhitungan politik yang lebih sensitif daripada UEA. Pengakuan resmi negaa itu terhadap Israel bakal dipandang sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan para pendukungnya. Tidak hanya itu, pengakuan terhadap Israel juga akan merusak citra Arab Saudi sebagai pemimpin dunia Islam.
Pada 2002, Arab Saudi mensponsori Inisiatif Perdamaian Arab yang menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Palestina yang diduduki dalam Perang Enam Hari 1967 dan solusi yang adil bagi pengungsi Palestina. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan menjaga perdamaian dan normalisasi penuh hubungan dengan Israel.
Namun, di bawah pimpinan Pangeran Muhammad bin Salman, jarak Arab Saudi dengan negara zionis itu tampaknya kian dekat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Editor: Ahmad Islamy Jamil