Pertama Kali, Jenderal Korsel Pimpin Latihan Gabungan dengan AS Hadapi Serangan Nuklir Korut
SEOUL, iNews.id - Seorang jenderal Korea Selatan (Korsel) untuk pertama kali memimpin latihan perang gabungan dengan militer Amerika Serikat (AS). Peran seorang jenderal memimpin langsung latihan ini meningkatkan peluang untuk menjadi komandan pasukan sekutu jika terjadi perang dengan Korea Utara (Korut).
Latihan gabungan bernama Ulchi Freedom Shield ini dimulai pada Senin lalu, menjadi latihan gabungan terbesar sejak beberapa tahun. Tujuannya untuk memperkuat kesiapan terhadap potensi uji coba senjata Korut. Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel mengungkap, latihan bertujuan untuk mencegah dan merespons ancaman serangan nuklir dan senjata pemusnah massal (WMD) Korut.
Pasukan AS-Korea (USFK), dalam pernyataan mengungkap, di antara latihan itu adalah simulasi komputer berorientasi pertahanan selama 11 hari guna meningkatkan kesigapan pasukan sekutu.
Dalam latihan tersebut, Jenderal Angkatan Darat AS Paul LaCamera, memimpin pasukan USFK, Komando Pasukan Gabungan AS-Korea Selatan (CFC), dan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC), bertukar posisi dengan wakilnya, Jenderal Ahn Byung Seok.
Menurut LaCamera perubahan ini didasarkan pada rencana masa depan sebagaimana disampaikan menteri pertahanan AS dan Korsel tahun lalu.
"Ini penting karena, untuk pertama kali, wakil komandan CFC akan memimpin sebagai komandan CFC masa depan," ujarnya, dikutip dari Reuters, Rabu (24/8/2022).
Sejak Perang Korea yang berlangsung 1950-1953, militer AS memegang otoritas untuk mengendalikan ratusan ribu pasukan Korsel serta sekitar 28.500 tentara AS yang ditempatkan di negara itu jika terjadi perang.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengatakan pihaknya belum siap untuk mengambil kendali operasional pasukan gabungan sebagaimana diminta pendahulunya, Moon Jae In. Alasannya Korsel menghadapi pandemi Covid-19 serta berbagai kendala lainnya.
Menhan Korsel Lee Jong Sup bahkan ikut serta dalam latihan pada hari ini.
Sementara itu Korut mengkritik latihan perang gabungan sebagai upaya untuk menginvasi. Disebutkan pula, latihan itu merupakan kebijakan bermusuhan yang membuktikan bahwa AS dan Korsel sunguh tidak tertarik pada diplomasi.
Editor: Anton Suhartono