Pertama sejak Perang 7 Oktober, Warga Gaza Bisa Tidur Nyenyak Terhindar dari Bom Israel
 
                 
                GAZA, iNews.id - Warga Jalur Gaza akhirnya bisa menikmati tidur nyenyak pada Jumat (24/11/2023) malam. Hamas dan Israel menyepakati gencatan senjata kemanusiaan selama 4 hari yang berlaku mulai Jumat kemarin.
Untuk pertama kalinya, tak ada suara dentuman bom di Gaza seperti pada hari-hari sebelumnya. Israel tak henti-hentinya membombardir Gaza sejak perang dengan Hamas pecah pada 7 Oktober lalu.
 
                                Dilaporkan Al Jazeera, berdasarkan pengamatan di Khan Yunis, Gaza Selatan, warga bisa beristirahat dengan puas pada malam pertama penerapan gencatan senjata.
“Ini akan menjadi malam pertama sejak 48 hari di mana mereka bisa tidur nyenyak tanpa rasa takut terus-menerus akan kematian akibat serangan udara dan pengeboman yang tidak terduga,” demikian laporan jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, dikutip Sabtu (25/11/2023).
 
                                        Meski demikian para warga Palestina itu tak bisa lagi berisitrahat di rumah-rumah mereka, melainkan di pengungsian. Sebagian rumah warga sudah hancur akibat pengeboman Israel.
Mereka yang berada di Khan Yunis saat ini adalah pengungsi dari Gaza Utara.
 
                                        “Ini tidak adil. Kita berbicara tentang 1,7 juta orang yang mengungsi dari Kota Gaza di bagian utara, hingga ke bagian tengah Jalur Gaza, dan ke (kota) di selatan seperti Khan Yunis dan Rafah, tidak bisa kembali ke rumah mereka," ujarnya.
Sebagian pengungsi bertanya, mengapa kembali ke rumah tak menjadi bagian dari kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan. Meskipun rumah sudah rata dengan tanah, mereka tetap merindukan kampung halaman.
 
                                        Tiga warga Palestina yang nekat kembali ke Gaza Utara pada Jumat kemarin tewas akibat ditembak tentara Israel. Beberapa lainnya terluka.
Mereka melintasi zona kematian atau garis militer yang memisahkan Gaza Utara dan Selatan yang dijaga tentara Zionis, untuk pulang ke rumah.
“Mereka berusaha untuk kembali dan melihat rumah, melihat lingkungan sekitar, melihat semua orang yang bertahan di sana, anggota keluarga yang tertinggal,” kata Mahmoud.
Editor: Anton Suhartono