Pertempuran Tak Seimbang: Pasukan Rusia Makin Maju, Ukraina Kian Tertekan di Timur
MOSKOW, iNews.id - Perang Rusia-Ukraina memasuki fase yang semakin timpang. Pasukan Rusia dilaporkan terus mendorong garis pertempuran di Ukraina timur, sementara Kiev menghadapi tekanan besar akibat berkurangnya personel dan amunisi.
Situasi ini membuat keseimbangan medan perang semakin bergeser memihak Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan operasi militer tidak akan dihentikan sampai Ukraina menyerahkan wilayah yang kini dikuasai pasukannya. Wilayah tersebut meliputi Donbass, Donetsk dan Luhansk, serta beberapa zona lain yang direbut sejak invasi Februari 2022.
“Jika pasukan Ukraina meninggalkan wilayah yang mereka kuasai, kami akan menghentikan operasi tempur. Jika tidak, kami akan mencapainya dengan cara militer,” ujar Putin, dalam kunjungannya ke Kirgistan.
Rusia Bergerak Stabil, Ukraina Kewalahan
Di lapangan, perkembangan menunjukkan kondisi yang semakin berat bagi Ukraina. Militer Rusia bergerak perlahan namun konsisten melintasi wilayah timur, memanfaatkan keunggulan jumlah pasukan dan persenjataan berat. Sementara itu, pasukan Ukraina dilaporkan mengalami kekurangan logistik, terutama amunisi dan cadangan personel.
Kondisi ini membuat beberapa sektor garis pertahanan Ukraina semakin tertekan. Moskow kini diyakini menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, memperkecil ruang negosiasi sekaligus meningkatkan beban militer Kiev.
Tawaran Gencatan Senjata yang Mustahil
Putin kembali menegaskan bahwa perang dapat dihentikan “secara instan” jika Ukraina menarik pasukan dari seluruh wilayah yang diklaim Rusia. Namun Kiev menolak tegas syarat tersebut.
Bagi pemerintahan Zelensky, penyerahan wilayah bukan hanya melemahkan kedaulatan nasional, tetapi juga membuka peluang Rusia untuk mengulangi agresi di masa depan. Karena itu, Ukraina menuntut jaminan keamanan yang kuat dari negara-negara Barat sebagai syarat kesepakatan damai.
Rencana Damai Trump Masih Terganjal
Di sisi lain, upaya diplomatik Amerika Serikat juga menghadapi hambatan. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengajukan rencana perdamaian 28 poin yang menyiratkan Ukraina harus merelakan Donbass dan Krimea kepada Rusia. Namun rancangan itu kemudian dipangkas setelah menuai kritik tajam dari Eropa dan Ukraina.
Meski versi terbaru rencana damai belum dipublikasikan, Putin mengatakan proposal AS tersebut bisa menjadi “dasar bagi perjanjian di masa depan.” Rusia masih menyasar pengakuan internasional atas wilayah Ukraina yang telah dikuasainya—sebuah tuntutan yang tetap ditolak keras oleh Kiev.