Pilpres AS 2020: Apakah Bernie Sanders Akan Bertarung Lawan Donald Trump?
WASHINGTON, iNews.id - Bernie Sanders kemungkinan besar akan menjadi calon terkuat Partai Demokrat untuk berhadapan dengan presiden dari Partai Republik, Donald Trump.
Dia baru saja memenangkan pemilihan negara bagian dan dukungan yang diterimanya begitu kuat. Tetapi, apakah partainya siap menerima calon yang tidak umum ini?
Dilaporkan BBC, Rabu (19/2/2020), Bernie Sanders menamakan kampanye kepresidenannya sebagai sebuah revolusi, tetapi saat ini kampanyenya lebih mirip konser rock.
Senator dari Vermont ini sepertinya memang tidak akan menjadi bintang band seperti Vampire Weekend dan The Strokes, tetapi keduanya dapat menjadi band pembuka kampanyenya.
Ribuan pendukungnya memadati tempat acara dan menyoraki calon berambut berantakan, berumur 78 tahun dengan aksen Brooklyn, New York, ini.
Setelah hampir setahun melakukan kampanye, rapat, debat, dan bertemu muka, kampanye Sanders telah memasuki tahap yang nyaris tidak bisa dihentikan.
Kampanye akan dilalukan di puluhan negara bagian AS. Ada ujian ketahanan menakjubkan bagi seorang pria yang baru beberapa bulan lalu diopname karena serangan jantung.
Hasil dari seluruh usaha ini adalah keputusan terpecah di Iowa, di mana mantan Wali Kota South Bend, Indiana, Pete Buttigieg, mengatakan telah memenangkan delegasi terbanyak pada Konvensi Nasional Demokrat, meskipun Sanders mendapatkan ribuan suara yang lebih banyak.
Di New Hampshire, Sanders kembali menang tipis atas Buttigieg. Keduanya mendapatkan jumlah delegasi yang sama.
Tetapi ini tidak menghentikan Sanders untuk menyatakan dirinya menang di Iowa dan New Hampshire pada pada Selasa malam (11/2/2020) dan mengatakan siap menghadapi Trump pada November.
Jika "revolusi" Sanders memang terjadi, maka New Hampshire bisa dipandang sebagai titik permulaannya.
Kemungkinan menang
Empat tahun lalu, Sanders juga menghadapi persaingan ketat di Iowa dan memenangkan pemilihan di New Hampshire. Dia menang 20 angka atas Hillary Clinton, yang sebelumnya menjadi favorit.
Bernie kalah tipis di Nevada dan kalah di South Carolina di mana pendukung Demokrat sebagian besar berkulit hitam. Sekarang dia kembali dengan harapan sejarah tidak akan terulang.
Bernie sepertinya berada di posisi yang lebih baik, sementara pertarungan pencalonan menjadi persaingan pada setiap negara bagian di seluruh AS.
Joe Biden, yang menjadi calon terkuat pada hampir sepanjang 2019, menjadi tersudut pada dua pemilihan.
Elizabeth Warren, calon lain yang didukung kelompok liberal, sekarang berada di belakang Sanders. Dukungan terhadapnya sepertinya tidak menguat.
Sementara itu kehadiran Buttigieg dan Amy Klobuchar di antara kelompok moderat partai semakin menguatkan terpecahnya kelompok tengah dan kemapanan Partai Demokrat.
Buttigieg memiliki dana, tetapi pengalamannya masih sedikit dan terdapat keraguan terkait dengan apakah warga Demokrat pada umumnya yang lebih beragam akan mendukungnya.
Klobuchar bergantung pada liputan media terkait dengan lonjakan dukungan baru-baru ini di New Hampshire, guna mengatasi berkurangnya dana kampanye dan organisasi nasional yang nyaris tidak ada.
Posisi Sanders secara nasional meningkat, sementara Biden justru semakin turun.
Dia menjalankan struktur kampanye yang diterapkan sejak 2015, di samping jaringan pendonor dan sukarelawan yang ada di seluruh bagian negara itu.
Dana 25 juta dolar AS atau Rp342 miliar yang dihimpun pada Januari saja telah memastikan Bernie memiliki sumber daya yang cukup untuk bersaing di setiap negara bagian pada pemilu pendahuluan pada Maret.
Dia didukung tokoh seperti anggota Partai Buruh Inggris Dianne Abbott dan bintang YouTube Joe Rogan.
Pada Jumat (14/2/2020) Bernie mendapatkan dukungan wali kota New York dan mantan calon 2020 Bill de Blasio.
Dia masih belum pasti menjadi calon Demokrat, tetapi sepertinya dia calon yang paling kuat dibandingkan para pesaingnya.
"Saya yakin akan menang karena gerakan akar rumput jutaan orang dari berbagai penjuru yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Bernie.
"Kami akan menang karena kami mengumpulkan gerakan antar generasi, antar ras yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Fakta memperlihatkan Sanders akan menang.
Jika memasukkan hasil Iowa, maka senator Vermont ini berada di posisi yang sama dengan Al Gore pada 2000 dan John Kerry pada 2004, keduanya akhirnya menjadi bakal calon Demokrat.
Meskipun demikian, para pemimpin dan kelompok moderat di partai, mengkhawatirkan terjadinya kemungkinan terburuk.
Bermasalah?
Pada Jumat lalu (14/2/2020), penasehat senior kampanye Demokrat, Jeff Weaver, memandang Sanders sebagai orang luar yang bermasalah.
"Selalu ada yang menargetkannya," katanya.
"Mereka tidak akan berhenti sampai dikalahkan. (Tetapi) kami siap menghadapinya," kata Weaver.
Di Iowa, Sanders menjadi objek iklan negatif TV kelompok kiri dan kanan. Kelompok konservatif Club for Growth menggambarkannya sebagai seorang ekstremis dan mempertanyakan keadaan kesehatannya.
"Kampanye kami menargetkan kelompok mapan politik dan kepentingan kelompok kaya yang melakukan iklan negatif terhadap kami di Iowa," kata Sanders.
Tetapi kemungkinan strategi Bernie akan efektif.
Pada 2016, kepemimpinan Republik akhirnya mengakui adanya ancaman terhadap pencalonan Donald Trump. Bakal calon presiden tahun 2012, Mitt Romney bahkan telah menyatakan hal yang sama.
Di New Hampshire, Biden dan Buttigieg secara langsung menyerang Sanders. Mereka mengatakan Sanders terlalu ekstrem untuk menjadi calon partai dan pandangan ideologinya terlalu kaku.
Kritik yang sering kali dipakai terhadap Bernie terkait dengan elektabilitasnya adalah bahwa Sanders menyatakan diri sebagai sosialis demokrat.
Sebuah jajak pendapat yang baru saja dilakukan menyatakan lebih setengah warga Amerika mengatakan tidak akan memberikan suara kepada presiden "sosialis".
Pandangan konvensional terkait dengan pencalonan Sanders dapat diwakili cuitan pengamat pemilu situs RealClear Politics, Sean Trende.
"Kami sulit memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap Bernie Sanders," tulisnya.
"Dia dapat memenangkan 10 angka atau dikalahkan 20 poin."
Anggota moderat Kongres mengkhawatirkan senator Vermont yang memiliki pandangannya sendiri ini, yang baru bergabung ke dalam Partai Demokrat agar dapat ikut pemilihan presiden.
Kelompok Sanders jelas menyadari bahwa memenangkan perdebatan elektabilitas adalah hal yang terpenting terkait pencalonan partai bagi pemilu 2020.
Karena itulah mereka menyebarkan stiker "Sanders kalahkan Trump" pada acara kampanye dan meneriakkan hal ini pada perayaan kemenangan New Hampshire.
Mereka dengan segera mengutip jajak yang memperlihatkan kecilnya perbedaan pertarungan Sanders-Trump dibandingkan dengan Trump-Biden, calon yang dipandang sebagai pilihan aman dan berelektabilitas.
Jajak NBC/Wall Street Journal baru-baru ini menyatakan, Biden menang 50-44 atas Trump, sementara Sanders 49-45.
Mereka juga mengatakan keseluruhan perdebatan elektabilitas dibentuk secara tidak tepat, karena politik Amerika bukanlah pertarungan untuk berada di tengah, (tetapi) adalah pertarungan ide dan keaslian.
Untuk melakukan ini, kelompok Sanders harus berhasil mengidentifikasi orang-orang yang sebelumnya tidak ikut serta pemilu.
Mereka bergantung pada pemilih lebih muda yang berdasarkan jajak menunjukkan dukungan kuat bagi pencalonan Bernie, di samping warga AS yang tidak puas karena disingkirkan sistem.
Tetapi hasil di Iowa, tidaklah positif.
Meskipun pemilih muda adalah kelompok lebih besar, jumlah keseluruhannya turun dibandingkan 2008, ketika kampanye pertama Barack Obama mengejutkan banyak pendukung Demokrat.
Angka di New Hampshire lebih baik, tetapi hal itu sebagian karena pemilih moderat dan independen yang mendukung Klobuchar dan Buttigieg.
Editor: Nathania Riris Michico