Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Senat Sepakati Anggaran, Shut Down Pemerintah AS Berakhir!
Advertisement . Scroll to see content

Politikus Senior AS: Kelangsungan NATO Itu Salah Satu Tragedi Terbesar dalam Sejarah!

Kamis, 25 Agustus 2022 - 15:25:00 WIB
Politikus Senior AS: Kelangsungan NATO Itu Salah Satu Tragedi Terbesar dalam Sejarah!
Bendera NATO berkibar di kompleks markas aliansi tersebut di Brussels, Belgia (ilustrasi). (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON DC, iNews.id – Pada saat runtuhnya Negara Uni Soviet pada 26 Desember 1991, Pakta Warsawa sudah lebih dulu dibubarkan. Aliansi militer yang dibentuk oleh Blok Timur itu secara resmi berakhir pada 1 Juli 1991.

Namun, tidak demikian dengan NATO. Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang dipimpin Amerika Serikat itu masih eksis sampai sekarang. Tak hanya itu, aliansi militer warisan Blok Barat tersebut bahkan terus melakukan ekspansi ke arah timur Eropa. 

Mantan Senator AS dari Negara Bagian Virginia, Richard Black, menganggap kelangsungan NATO sampai hari ini sebagai tragedi terbesar dalam peradaban Barat. Menurut dia, blok militer itu semestinya juga ikut dibubarkan berasamaan dengan pembubaran Pakta Warsawa.

“Saya pernah ditempatkan di Jerman Barat pada awal 80-an. Ketika itu saya bersama unit Angkatan Darat (AS) yang merupakan bagian dari NATO,” kata Black kepada kantor berita Sputnik, baru-baru ini.
 
Dia menuturkan, pada saat itu NATO masih berupa aliansi defensif. Artinya aliansi tersebut hanya dibentuk dengan tujuan untuk pertahanan negara-negara anggotanya semata, bukan untuk menyerang negara lain.

“Saya tidak punya masalah dengan NATO pada saat itu. Saya pikir ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Ketika Uni Soviet dibubarkan, Pakta Warsawa dibubarkan, dan itu terjadi pada 1991. Saya pikir salah satu tragedi besar peradaban Barat adalah bahwa NATO tidak bubar pada saat yang sama dengan Pakta Warsawa,” ujarnya.

Black mengatakan, alih-alih membubarkan aliansi militernya, Barat memutuskan untuk mempertahankan blok tersebut. Mereka juga membenarkan kelangsungan NATO dengan menciptakan ilusi bahwa Rusia adalah pengganti dari Uni Soviet hari ini.

Padahal, kata dia, Rusia sebenarnya ingin lebih dekat dengan Barat dan memiliki hubungan baik dengannya. Namun, keinginan Moskow itu malah ditanggapi sinis oleh Barat.

“Mereka (Rusia)  itu sudah berubah. Dulu Uni Soviet yang lama secara resmi ateis. Sementara Rusia sekarang ini menjadi salah satu pendukung Agama Kristen di Eropa,” ucap Black.

“Rusia berubah dari ekonomi komunis menjadi ekonomi yang sangat kapitalis. Jadi , ada lingkungan yang sama sekali berbeda,” tuturnya.

Sayangnya, kata dia, Barat terus menggaungkan ilusinya dan menjual ide “Rusia adalah Soviet hari ini” kepada rakyat Amerika dan Eropa. Barat juga untuk terus mempersenjatai negara-negara lain dan memulai ekspansi tanpa henti ke arah timur, hingga mendekati Rusia.

Menurut Black, Barat dan Moskow semestinya dapat menandatangani perjanjian untuk menjadikan wilayah antara Jerman dan Rusia sebagai daerah demiliterisasi netral, seperti halnya Austria selama era Perang Dingin dulu.

Sayangnya, yang dilakukan Barat hari ini justru sebaliknya. NATO terus bergerak tanpa henti ke timur, sampai akhirnya wilayah penyangga terakhir, yakni Ukraina juga hendak digarap oleh aliansi tersebut. Pada saat itulah, kata Black, Presiden Barack Obama merestui penggulingan pemerintahan Ukraina yang dianggap pro-Rusia. Presiden Ukraina kala itu, Viktor Yanukovych, dilengeserkan lewat aksi massa yang disebut-sebut dirancang oleh Barat.

“Peristiwa itu pastinya memicu perang, dan kemudian Rusia hanya bertindak defensif (mempertahankan diri) sejak itu. Mereka (Moskow) tidak dapat secara bertanggung jawab membiarkan NATO mengambil alih Ukraina,” katanya.

Dia melihat Rusia mempertaruhkan segalanya demi mencegah Kiev bergabung NATO. Sebab, Moskow khawatir, jika negara tetangganya itu jadi anggota aliansi tersebut, Barat dengan mudah dapat memutuskan kapan saja untuk menempatkan rudal nuklirnya di Ukraina. “(Sehingga Barat) dapat dengan cepat menyerang St Petersburg dan Moskow atau di (wilayah Rusia) mana pun mereka inginkan,” ujar Black.

Politikus senior AS itu menilai NATO kini telah menjelma menjadi organisasi yang sangat kontraproduktif. Aliansi itu telah berubah dari organisasi yang murni defensif menjadi kekuatan ofensif yang agak kejam.

“Mereka (NATO) mendukung invasi tak beralasan ke Libya. Mereka mendukung serangan tak beralasan ke Suriah. NATO mendukung serangan ke Serbia, yang tentu saja juga tidak beralasan,” kata Black.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut