Profil Charlie Kirk, Aktivis Muda Pendukung Trump yang Ditembak Mati saat Diskusi di Kampus
JAKARTA, iNews.id - Profil Charlie Kirk, aktivis sayap kanan konservatif Amerika Serikat sekutu dekat Presiden Donald Trump, menarik perhatian. Pria 31 tahun itu ditembak mati saat mengisi acara diskusi yang diselenggarakan Turning Point US, organisasi yang didirikannya di kampus Utah Valley University, Rabu (10/9/2025).
Nama tokoh muda itu semakin berkibar sejak Trump menjabat presiden.
Kirk ditembak di bagian leher saat berbicara di hadapan mahasiswa. Dia masih sempat berbicara meski menderita luka parah, sebelum dilarikan di rumah sakit.
Trump mengumumkan kabar kematian Kirk dan memberikan penghormatan di Truth Social.
"Charlie Kirk yang hebat, bahkan legendaris, telah meninggal dunia. Tak seorang pun anak muda di Amerika Serikat yang memahami atau memiliki hati lebih baik daripada Charlie," kata Trump.
Kirk merupakan putra seorang arsitek yang tumbuh besar di pinggiran kota Chicago, Prospect Heights. Dia kuliah di perguruan tinggi dekat Chicago sebelum keluar untuk mengabdikan diri untuk aktivitas politik.
Usahanya untuk melanjutkan studi di West Point, akademi militer elite AS, gagal karena tak lulus.
Kirk mengaku minder saat debat dengan mahasiswa dan akademisi tentang topik-topik esoteris seperti postmodernisme karena ketiadaan gelar sarjana. Namun faktanya, dia seorang pembicara yang andal serta ulet.
Kirk kerap berkeliling AS, berbicara di acara-acara Partai Republik, Tea Party, sehingga namanya populer di kalangan gerakan ultra-konservatif. Dia kjuga sering mengikuti bincang-bincang di radio konservatif dan memiliki jutaan pengikut di media sosial.
Kirk juga pernah berpidato di Oxford Union awal tahun ini. Kemudian pada 2020, menulis buku terlaris, The Maga Doctrine, merujuk pada kampanye Trump, Make America Great.