Profil Dick Cheney, Mantan Wapres AS Arsitek Pertahanan yang Dorong Perang Irak
WASHINGTON, iNews.id - Richard Bruce Cheney atau Dick Cheney dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dan kontroversial dalam sejarah politik Amerika Serikat (AS). Dia meninggal pada usia 84 tahun, Selasa (4/11/2025).
Sebagai Wakil Presiden ke-46 di era pemerintahan George W Bush (2001-2009), Cheney memainkan peran sentral dalam kebijakan luar negeri AS pasca-serangan 11 September 2001, terutama dalam pencetusannya terhadap Perang Irak 2003.
Latar Belakang dan Awal Karier
Dick Cheney lahir pada 30 Januari 1941 di Lincoln, Nebraska. Dia tumbuh di Casper, Wyoming, dan menempuh pendidikan di Yale University sebelum akhirnya meraih gelar sarjana dan magister ilmu politik dari University of Wyoming.
Cheney memulai karier politiknya di Washington DC pada akhir 1960-an. Dia bergabung dengan pemerintahan Presiden Richard Nixon dan kemudian menjadi Kepala Staf Gedung Putih di masa Presiden Gerald R Ford pada 1975. Posisi itu menjadikannya salah satu orang termuda yang pernah menduduki jabatan strategis tersebut.
Menteri Pertahanan di Era George H W Bush
Namanya semakin diperhitungkan ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan di bawah Presiden George H W Bush pada 1989-1993. Dalam peran itu, Cheney memimpin Operasi Badai Gurun (Operation Desert Storm), intervensi militer AS dan sekutunya untuk mengusir pasukan Irak dari Kuwait pada 1991.
Prestasinya dalam operasi tersebut mengukuhkan reputasinya sebagai arsitek kebijakan militer yang tegas dan konservatif. Namun, setelah meninggalkan jabatan, Cheney sempat mundur dari dunia politik dan menjabat CEO perusahaan energi besar, Halliburton Company, hingga awal tahun 2000.
Kembali ke Gedung Putih dan Dorongan Perang Irak
Cheney kembali ke panggung utama politik saat terpilih sebagai wakil presiden mendampingi George W Bush dalam pemilu 2000. Setelah serangan teroris 11 September 2001, pengaruhnya meningkat tajam. Dia menjadi pengarah utama kebijakan keamanan dan pertahanan AS, termasuk invasi ke Irak pada 2003.
Cheney menegaskan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal (WMD) dan memiliki hubungan dengan kelompok teroris Al Qaeda. Klaim itu kemudian terbukti tidak benar, namun sudah cukup untuk meyakinkan Kongres dan publik AS agar mendukung perang.
Invasi Irak menumbangkan rezim Saddam Hussein, tapi juga memicu perang berkepanjangan, menewaskan ratusan ribu warga sipil, dan mengacaukan stabilitas Timur Tengah selama bertahun-tahun. Cheney tetap membela keputusan tersebut dengan alasan menjaga keamanan nasional AS dan mencegah ancaman global.
Sosok yang Tegas tapi Kontroversial
Cheney dikenal sebagai figur keras, tertutup, dan sangat berpengaruh di balik layar. Dia jarang tampil di depan publik, tapi keputusannya sering menentukan arah kebijakan Gedung Putih. Banyak pengamat menyebut Cheney sebagai “wakil presiden paling kuat dalam sejarah AS,” karena perannya melampaui batas tradisional jabatan tersebut.
Namun, gaya kepemimpinannya juga menuai banyak kritik. Cheney dianggap memperluas kekuasaan eksekutif secara berlebihan, mendukung penyiksaan terhadap tersangka teroris, dan mengabaikan hak asasi manusia dalam program penahanan rahasia CIA.
Kehidupan Pribadi dan Kondisi Kesehatan
Cheney menikah dengan Lynne Vincent Cheney, seorang penulis dan akademisi, dan memiliki dua anak perempuan, termasuk Liz Cheney, yang kemudian menjadi anggota Kongres AS dari Partai Republik.
Selama hidupnya, Cheney mengalami berbagai masalah jantung serius dan telah menjalani beberapa kali operasi bypass serta transplantasi jantung pada 2012. Meskipun begitu, dia tetap aktif memberikan pandangan politik, terutama dalam isu keamanan dan kebijakan luar negeri.
Warisan Politik
Bagi sebagian kalangan, Dick Cheney dikenang sebagai patriot yang tegas dalam melindungi Amerika dari ancaman global. Namun bagi banyak pihak lainnya, dia dianggap sebagai arsitek perang yang membawa penderitaan panjang di Irak dan kawasan Timur Tengah.
Apa pun pandangannya, Cheney tetap menjadi simbol kebijakan luar negeri agresif Amerika Serikat di era modern, sosok yang warisannya akan terus diperdebatkan dalam sejarah politik dunia.
Editor: Anton Suhartono