Ratusan Warga Dievakuasi dari Kantong Wilayah Terakhir ISIS Dekat Irak
DAMASKUS, iNews.id - Ratusan warga sipil dievakuasi dari desa terakhir di Suriah yang masih dikuasai oleh kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS).
Sebuah iring-iringan pada Rabu (20/2) mengevakuasi ratusan laki-laki, perempuan, dan anak-anak dari desa Baghuz, dekat perbatasan Irak.
Aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengatakan mereka sedang menunggu pemindahan para warga sipil sebelum melancarkan serangan terhadap milisi yang "menyusup di dalam".
​​SDF mneyebut, mereka yang dipindahkan sedang diseleksi, kemudian dibawa ke kamp-kamp. Diperkirakan sekitar 300 milisi ISIS sembunyi di kantong kecil di wilayah itu.
Kapan kantong pertahanan terakhir ISIS bisa dijatuhkan?
Terdapat laporan yang saling bertentangan mengenai kapan SDF bisa merebut kantong pertahanan terakhir ISIS. Koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS menyebut para milisi garis keras tetap berada di dalam Baghuz.
SDF menunggu konfirmasi semua warga sipil keluar sebelum menyerbu Baghuz.
"Pasukan kami mengatakan sejak awal bahwa mereka memiliki dua opsi: menyerah tanpa syarat atau melanjutkan pertempuran hingga akhir," kata juru bicara SDF, Mustafa Bali, kepada Reuters, Kamis (21/2/2019).
Sebanyak 2.000 orang diduga meninggalkan kantong pertahanan tersebut pada Rabu (20/2).
Juru bicara SDF lainnya, Adnan Afrin, mengatakan kepada AFP bahwa sejumlah milisi ISIS kedapatan menyusup dalam proses evakuasi.
"Warga sipil dan pejuang dari banyak negara menyerah," katanya.
"Ada sekelompok pejuang ISIS yang disembunyikan di antara warga sipil, tetapi sejauh yang kami tahu, rekan-rekan kami sudah menangkap mereka."
Sekitar 20.000 orang diperkirakan meninggalkan daerah itu dalam beberapa pekan terakhir, namun dalam beberapa hari belakangan proses evakuasi mengalami kendala. Pada Selasa (19/2), PBB menyatakan sekitar 200 keluarga dicegah untuk pergi oleh milisi ISIS.
Kepala Badan Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet memperingatkan, warga sipil yang terperangkap di daerah itu bakal menjadi sasaran pengeboman udara dari koalisi pimpinan AS dan sekutu pasukan Suriah.
"Warga sipil terus digunakan sebagai bidak oleh berbagai pihak," kata Bachelet, menyerukan kepada para pejuang untuk membiarkan para warga sipil melakukan perjalanan secara aman.
Tidak lama kemudian, iring-iringan sekitar 50 truk tiba di pinggir desa untuk membantu mereka keluar.
Pada Rabu (20/2), setidaknya 15 dari kendaraan itu dilaporkan melakukan perjalanan dari tempat kejadian.
Ribuan orang yang melarikan diri dalam beberapa pekan terakhir dibawa oleh SDF ke sebuah kamp darurat untuk para pengungsi di Al Hol, di Provinsi Hassakeh.
Di antara mereka adalah istri dan anak-anak dari militan ISIS dan banyak warga negara asing, termasuk remaja Inggris, Shamima Begum, yang berusia 15 tahun ketika melarikan diri dari rumahnya untuk bergabung dengan ISIS empat tahun lalu.
Begum yang baru saja melahirkan seorang putra, mengatakan ingin kembali ke Inggris. Namun, pemerintah mengumumkan dia menanggalkan kewarganegaraan Inggris-nya. Keluarga Begum akan mencoba memperjuangkan status kewarganegaraannya.
Tidak disebutkan apakah ada warga asal Indonesia di antara mereka yang dievakuasi dari kantong pertahanan ISIS.
Secara terpisah, seorang perempuan yang melarikan diri dari Alabama untuk bergabung dengan kelompok Islam militan ini juga diberitahu bahwa dia tidak dapat kembali.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan Hoda Muthana (24) tidak memiliki "dasar hukum" untuk mengklaim kewarganegaraan AS atau memasuki kembali negara itu.
Jatuhnya Baghuz sangat signifikan -tetapi para ahli memperingatkan ideologi kelompok itu bertahan lama. Pada puncaknya, lima tahun lalu, ISIS menguasai 88.000 kilometer persegi wilayah yang membentang dari Suriah barat ke Irak timur.
Mereka memproklamirkan pembentukan "kekhalifahan", memaksakan aturan brutalnya pada hampir delapan juta orang, dan menghasilkan miliaran dolar dari minyak, pemerasan, perampokan, dan penculikan.
Meskipun banyak pejuang sudah dikalahkan di Suriah, namun masih banyak militan yang berafiliasi dengan ISIS di kantong-kantong di penjuru dunia.
Para ahli memperingatkan bahwa individu yang terinspirasi oleh kelompok ini akan terus melakukan serangan meskipun sudah kehilangan wilayah mereka.
Editor: Nathania Riris Michico