Restorannya Dihancurkan Demonstran George Floyd, Komentar Pengusaha Muslim Ini Menyentuh
WASHINGTON, iNews.id - Dari sekian banyak pengusaha yang rugi akibat demonstrasi anarkistis di berbagai kota Amerika Serikat (AS) menentang pembunuhan pria kulit hitam George Floyd, Ruhel Islam salah satunya.
Ruhel merupakan pemilik restoran Gandhi Mahal yang berdiri di Minneapolis, Minnesota, lokasi pembunuhan George sekaligus pusat kerusuhan.
Dalam posting-an di Facebook yang sudah dibagikan lebih dari 33.000 kali, Hafsa Islam, anak Ruhel, menulis pernyataan, "Saya dengar ayah berbicara lewat telepon. 'Biarkan gedung saya terbakar, keadilan harus ditegakkan, penjarakan para polisi itu’,” kata Hafsa, menirukan pernyataan sang ayah.
Menurut dia, bangunan restoran bisa diperbaiki, namun nyawa yang hilang tak akan bisa kembali.
"Kita bisa bangun gedung kembali, tapi kita tidak bisa kembalikan pria ini ke keluarganya," kata imigran asal Bangladesh itu, seperti dilaporkan kembali VOA, Selasa (2/6/2020).
Hal senada disampaikan pemilik gerai Teasim di Washington DC, Michelle Brown. Dia mengatakan dalam cuitan, "Sebelum orang-orang berbicara atas nama kami. Black Lives Matter."
Mitra bisnis Brown pun sepakat dengan pemikiran soal perjuangan ras itu.
"Ada asuransi untuk menanggung hal seperti ini, tapi kami sangat sedih dan sakit hati tentang apa yang terjadi di negara ini," kata Linda Neumann, sang mitra bisnis.
Pengusaha lain yakni pemilik kafe Dolcezza, Robb Duncan, turut memahami apa yang dirasakan demonstran.
Kafe yang juga berada di Washington itu juga dirusak dan perabotannya hancur. Duncan harus merogoh 1.200 dolar AS atau sekitar Rp17,5 juta untuk sekadar menutup jendela dengan papan.
“Ada banyak hal yang terjadi bersamaan dengan kegelisahan orang-orang terkait pekerjaan, masa depan, apa yang tengah terjadi, penghasilan mereka, dan pandemi. Saya mengerti dan kami mendukungnya. Jika ada jendela pecah, ini bukan masalah besar. Memang harus ada perubahan,” tuturnya, kepada The Washington Post.
Aksi lain yang tak kalah menyentuh adalah munculnya para relawan yang membantu para pemilik gerai atau toko membersihkan tempat usaha mereka.
"Saya tidak ikut rusuh, tapi saya ada di sana saat 2.000 lebih warga Pittsburgh bersatu. Saya ingin memastikan pesan itu tidak hilang akibat aksi orang bodoh yang melakukan kerusuhan," kata seorang relawan, Russell Ruffolo, kepada Pittsburgh Post-Gazette.
Editor: Anton Suhartono