Rusia Akui 2 Wilayah Ukraina sebagai Negara Merdeka, AS dan Barat Marah Besar
MOSKOW, iNews.id – Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin (21/2/2022) mengakui dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri sebagai negara merdeka. Dia pun memerintahkan tentara Rusia untuk meluncurkan “operasi penjaga perdamaian” ke dua wilayah tersebut.
“Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya sudah dibuat sejak lama, (yaitu) untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk,” kata Putin seperti dikutip Reuters.
Keputusan Putin itu semakin meningkatkan krisis di kawasan Eropa Timur, yang dikhawatirkan Barat dapat memicu perang besar.
Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), dua wilayah yang memproklamasikan diri sebagai negara merdeka dari Ukraina, beberapa hari sebelumnya melaporkan sejumlah penembakan yang terus berlanjut oleh pasukan Kiev di Donbas.
LPR dan DPR pun mengumumkan evakuasi warganya ke Wilayah Rostov, Rusia, pada Jumat (18/2/2022) di tengah kekhawatiran serangan oleh tentara Ukraina.
Putin mengatakan kepada Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengerahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk untuk “menjaga perdamaian”. Perintah itu disampaikan Putin dalam sebuah dekrit yang dikeluarkan tak lama setelah dia mengumumkan pengakuan bagi kelompok separatis yang didukung Rusia di sana.
Langkah Putin tersebut menuai kecaman Amerika Serikat dan Eropa—yang bersumpah akan memberikan sanksi baru terhadap Moskow.
Masih belum jelas apakah aksi militer Rusia kali ini menjadi awal dari invasi ke Ukraina—yang telah diperingatkan oleh AS dan sekutunya selama berminggu-minggu. Tidak ada kabar tentang ukuran kekuatan militer yang bakal dikirim Putin ke Donetsk dan Luhansk, juga; kapan mereka akan melintasi perbatasan dan apa misi mereka selanjutnya.
Dalam pidato televisi yang panjang, Putin, yang tampak sangat marah, menggambarkan Ukraina sebagai bagian integral dari sejarah Rusia. Dia juga mengatakan, Ukraina Timur adalah tanah Rusia kuno dan dia yakin rakyat Rusia akan mendukung keputusannya.
Televisi pemerintah Rusia menunjukkan Putin, bergabung dengan para pemimpin separatis yang didukung Rusia, menandatangani dekrit yang mengakui kemerdekaan kedua wilayah Ukraina yang memisahkan diri bersama dengan perjanjian kerja sama dan persahabatan.
Tindakan Moskow tersebut berkemungkinan akan menggagalkan negosiasi di menit-menit terakhir dalam pertemuan puncak dengan Presiden AS Joe Biden guna mencegah Rusia menginvasi Ukraina.
Menurut Gedung Putih, Biden akan mengeluarkan perintah eksekutif secepatnya yang melarang investasi, perdagangan, dan pembiayaan baru oleh orang-orang AS baik ke, dari, atau di dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina itu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan, perintah eksekutif itu dirancang untuk mencegah Rusia mengambil keuntungan dari pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional ini.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, negara-negara Uni Eropa telah sepakat untuk menjatuhkan serangkaian sanksi terbatas terhadap Rusia menyusul pengakuan kedaulatan Donetsk dan Luhansk oleh Moskow.
Dalam sebuah unggahan di Twitter pada Selasa (22/2/2022) ini, Menteri luar negeri Inggris Liz Truss mengatakan, pemerintahnya akan mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia sebagai tanggapan atas keputusan Putin tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menuduh Rusia terus menyulut konflik di Ukraina Timur dan mencoba “membuat dalih” untuk invasi lebih lanjut. Untuk diketahui, Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014.
Putin telah mengatakan sebelumnya bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, itu akan menjadi ancaman langsung bagi keamanan Rusia.
Editor: Ahmad Islamy Jamil