Singgung Pidato Joe Biden soal HAM, Korut: AS Ingin Tetap Bermusuhan
SEOUL, iNwes.id - Korea Utara (Korut) mengomentari pidato Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru-baru ini yang menyinggung soal isu hak asasi manusia (HAM) di negaranya.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korut, dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA, Minggu (2/5/2021), mengatakan, pidato tersebut menunjukkan bahwa Biden ingin mempertahankan kebijakan permusuhan.
Dia juga menuduh AS menghina martabat kepemimpinan tertinggi Korut dengan mengkritik kondisi HAM.
Kritik mengenai kondisi HAM, kata dia, merupakan bentuk provokasi yang menunjukkan AS siap untuk bertarung habis-habisan dengan Korut. Sikap itu akan mendapatkan respons yang sesuai.
Dalam pernyataan terpisah, Direktur Jenderal Departemen Urusan AS, Kementerian Luar Negeri, Kwon Jong Gun, menyinggung pidato kebijakan pertama Biden di Kongres pada Rabu lalu.
Saat itu Biden mengatakan program nuklir Korut dan Iran menimbulkan ancaman yang akan mendapat respons melalui diplomasi serta pencegahan yang tegas.
Menurut Kwon, pendekatan diplomasi AS ditujukan untuk menutupi sikap permusuhannya, sementara pencegahan hanya upaya untuk mengancaman nuklir Korut.
"(Korut) Akan dipaksa untuk melakukan langkah-langkah yang sesuai dan seiring waktu AS akan berada dalam situasi sangat serius," tuturnya, dikutip dari Reuters.
Pidato Biden itu juga mendapat respons dari Kim Jong Un dengan mengatakan, tidak masuk akal dan pelanggaran terhadap hak Korut untuk membela diri.
Dia juga menyebut pidato itu merupakan kesalahan besar.
"Pernyataannya jelas mencerminkan niat untuk tetap menegakkan kebijakan permusuhan terhadap DPRK seperti telah dilakukan AS selama lebih dari setengah abad," katanya.
Gedung Putih pada Jumat menyatakan, para pejabat AS telah merampungkan tinjauan kebijakan terhadap Korut.
Di bawah kebijakan itu, Biden menetapkan pendekatan baru untuk memaksa Korut melucuti senjata nuklir dan rudal balistik melalui diplomasi namun tidak ingin menggunakan pendekatan negosiasi langsung dengan Kim Jong Un, seperti dilakukan Donald Trump.
Editor: Anton Suhartono