Tajikistan Larang Hijab meski Berpenduduk 98 Persen Muslim, Pria Berjanggut Dicukur Paksa Polisi
Pemerintah Tajikistan sebenarnya telah melarang penggunaan jilbab Islami selama bertahun-tahun secara tidak resmi. Penggunaan hijab mulai ditindak keras pada tahun 2007.
Saat itu, Kementerian Pendidikan melarang pakaian Islami dan juga rok mini bergaya Barat untuk pelajar. Larangan tersebut kemuudian diperluas ke semua lembaga publik. Sejumlah organisasi menuntut staf dan pengunjung untuk melepas jilbab mereka.

Pemerintah daerah juga membentuk satuan tugas khusus untuk menegakkan larangan tidak resmi tersebut. Sementara para polisi menggerebek pasar untuk menahan para pelanggar aturan tidak resmi tersebut. Namun pihak berwenang membantah keluhan para perempuan yang mengatakan mereka dihentikan di jalan dan didenda karena mengenakan jilbab.
Tak hanya melarang hijab, Tajikistan juga melarang janggut lebat secara tidak resmi. Dalam satu dekade terakhir, ribuan laki-laki dilaporkan telah dihentikan polisi dan dicukur janggutnya di luar keinginan mereka.
Seiring dengan larangan hijab tersebut, pemerintah Tajikistan dalam beberapa tahun terakhir mengampanyekan dan mempromosikan penggunaan pakaian nasional Tajik.
Dilansir dari Asia-Plus, pada tanggal 6 September 2017, jutaan pengguna ponsel menerima pesan teks dari pemerintah yang menyerukan perempuan untuk mengenakan pakaian nasional Tajik. Pesan tersebut di antaranya, "Mengenakan pakaian nasional adalah suatu keharusan!", "Hormati pakaian nasional," dan "Mari kita jadikan tradisi yang baik dalam mengenakan pakaian nasional."
Puncak dari kampanye tersebut pada tahun 2018, ketika pemerintah memperkenalkan buku setebal 376 halaman. Buku Panduan Pakaian yang Direkomendasikan di Tajikistan itu menguraikan apa yang harus dikenakan wanita Tajikistan untuk berbagai kesempatan.
Editor: Maria Christina