KHARTOUM, iNews.id – Kudeta militer di Sudan memakan korban. Sedikitnya 7 orang tewas dan 140 lainnya luka dalam bentrokan antara tentara dan warga sipil, Senin (25/10/2021).
Militer Sudan merebut kekuasaan dari pemerintah transisi kemarin. Seorang pejabat Kementerian Kesehatan setempat mengungkapkan, korban jiwa dan korban luka berjatuhan saat tentara berhadapan dengan para pengunjuk rasa jalanan yang menolak kudeta.
AS Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III, Ini Respons Rusia
Pemimpin kudeta, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, membubarkan Dewan Berdaulat Sudan yang terdiri atas unsur militer dan sipil. Dewan tersebut seyogianya dibentuk untuk mengarahkan negara Afrika itu menuju demokrasi pascapenggulingan mantan Presiden Omar al-Bashir yang otoriter, dua tahun lalu.
Burhan mengumumkan keadaan darurat, dan menyatakan Angkatan Bersenjata Sudan perlu melindungi keselamatan dan keamanan dalam negeri. Dia pun berjanji untuk mengadakan pemilihan umum (pemilu) pada Juli 2023 dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil yang terpilih nanti.
PM Sudan Abdallah Hamdok Jadi Tahanan Rumah usai Dikepung Militer
“Apa yang dialami negara saat ini merupakan ancaman dan bahaya nyata bagi impian para pemuda dan harapan bangsa,” katanya, kemarin, dikutip Reuters.
Kementerian Penerangan Sudan—yang masih setia kepada Perdana Menteri terguling Abdallah Hamdok—lewat laman Facebook-nya menyatakan, konstitusi transisi Sudan hanya memberikan hak kepada perdana menteri untuk menyatakan keadaan darurat. Menurut kementerian itu, tindakan militer Sudan adalah kejahatan.
Arab Saudi dan UEA Kompak Kutuk Upaya Kudeta di Sudan
“Perdana Menteri Hamdok masih merupakan otoritas transisi yang sah,” kata Kementerian Penerangan Sudan.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku