Terinspirasi dari Indonesia, Bendera One Piece Juga Digunakan Demonstran Nepal hingga Prancis

SINGAPURA, iNews.id - Simbol-simbol demonstrasi di Indonesia yang pecah belum lama ini ternyata menjadi inspirasi bagi unjuk rasa anti-pemerintah di beberapa negara, seperti Filipina, Nepal, hingga Prancis.

Bendera One Piece yakni simbol bajak laut bertopi jerami digunakan oleh demonstran di Jakarta dan beberapa kota lain pada akhir Agustus. Namun sebenarnya bendera anime Jepang itu sudah membuat heboh di Indonesia sebelum HUT ke-80 RI.

Baca Juga

Masjid Ini Diguncang Bom saat Jemaah Hendak Salat, 7 Orang Meninggal

Bendera One Piece merupakan representasi dari perlawanan dan kebebasan.

Bendera ini juga terlihat dalam demonstrasi di Filipina dan Nepal. Di Filipina, bendera One Piece terlihat saak demo antikorupsi di Universitas Filipina Diliman, Quezon.

Baca Juga

Viral Bendera One Piece Berkibar di Nepal, Gen Z Melawan!

Simbol perlawanan tersebut juga melintasi perbatasan. Di Nepal, para pengunjuk rasa menggunakannya dalam demonstrasi antikorupsi yang berubah menjadi bentrokan mematikan sejak Senin (8/9/2025).

Seorang demonstran di Nepal, dalam wawancara dengan The Straits Times, mengungkapkan penggunaan bendera One Piece terinspirasi dari unjuk rasa di Indonesia.

Baca Juga

Polemik Bendera One Piece: Ekspresi Kreatif atau Ancaman Negara?

Foto-foto di Kathmandu menunjukkan para demonstran yang mengidentifikasi diri sebagai "Gen Z" mengibarkan bendera tersebut sambil mengecam pemblokiran plaltform media sosial, maraknya korupsi, dan pemerintahan otoriter. 
Beberapa bendera bertuliskan slogan-slogan seperti "Sekarang Saatnya" dan "#NepalBangkit".

Penggunaan bendera One Piece meluas hingga luar Asia. Di Prancis, demonstran turun ke jalan di berbagai kota, Rabu (10/9/2025), memprotes efisiensi anggaran oleh pemerintah. 

Seorang demonstran di Montpellier terlihat membawa bendera mirip One Piece yang sepertinya dibuat secara manual. Meski demikian, idenya tampak serupa dengan karakter anime Jepang tersebut. Pemandangan serupa juga terlihat di Marseille.

Editor: Anton Suhartono