Terungkap! Anggaran Pembangunan Kamp Tahanan Muslim Uighur di China
BEIJING, iNews.id - Laporan terbaru berhasil mengungkap jika China meningkatkan belanja keamanan secara besar-besaran pada 2017 di wilayah Xinjiang, barat laut negara itu. Di wilayah itu, ratusan ribu Muslim diduga ditahan pemerintah komunis China.
Lembaga nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Jamestown, Foundation menyatakan, pengeluaran di daerah itu menjelaskan hampir semua pembangunan fasilitas terkait keamanan naik sebesar 213 persen antara 2016 dan 2017.
Sebelumnya, data satelit menunjukkan lonjakan fasilitas keamanan baru pada 2017.
Kendati demikian, China menyebut kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan.
Namun menurut data anggaran yang ditinjau oleh akademisi Jerman, Adrian Zenz, atas laporan tersebut, pengeluaran untuk pelatihan kejuruan di Xinjiang justru menurun sebesar 7 persen pada 2017, sementara pengeluaran untuk pembangunan terkait keamanan meningkat hampir 2,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Angka anggaran Xinjiang mencerminkan pola pengeluaran yang konsisten dengan pembangunan dan operasi kamp pendidikan ulang politik yang sangat aman yang dirancang untuk memenjarakan ratusan ribu orang (Uighur) dengan proses seminimal mungkin," kata Zenz, seperti dilaporkan BBC, Rabu (7/10/2018).
Zenz sebelumnya mengatakan, berdasarkan dokumen pemerintah lokal, setidaknya beberapa ratus ribu dan mungkin lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya ditahan di Xinjiang.
Perkiraan tersebut juga dikutip tim panel hak asasi manusia PBB awal tahun ini. China membantah fasilitas itu adalah kamp interniran.
Pejabat tinggi di wilayah itu malah mengatakan bahwa pendidikan kejuruan dan program pelatihan membantu orang untuk memikirkan kesalahan mereka dan melihat dengan jelas esensi dan bahaya terorisme dan ekstremisme agama.
Menurut pejabat daerah, pada kelas-kelas itu dibagikan pendidikan sejarah, bahasa, dan budaya China.
Mantan tahanan Uighur yang kini tinggal di luar negeri mengatakan kepada BBC, mereka harus menyanyikan lagu-lagu Partai Komunis di kamp-kamp, ​​dan membaca hukum secara benar atau menghadapi pemukulan.
Seorang pria mengaku ditahan pada 2015 setelah polisi menemukan gambar seorang perempuan mengenakan kerudung di ponselnya.
Zenz, seorang antropolog dan ahli kebijakan etnis China di Sekolah Kebudayaan dan Teologi Eropa di Jerman, juga menemukan kamp-kamp itu dibangun oleh organisasi yang sama yang mengawasi sistem pendidikan ulang tenaga kerja China yang kini telah dihapus.
Secara terpisah pada Selasa (6/11/2018), catatan hak asasi manusia China ditinjau di Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.
Menanggapi kekhawatiran Inggris, Prancis, Jerman, dan AS soal penahanan massal, perwakilan China, Le Yucheng, mengatakan negaranya tidak akan menerima tuduhan politik dari beberapa negara yang penuh dengan bias.
Dia menegaskan China harus bebas untuk memilih jalurnya sendiri ketika menyangkut hak asasi manusia.
AS sendiri menyatakan akan mempertimbangkan sanksi terhadap China atas kebijakannya, yang menurut Human Rights Watch melanggar hak atas kebebasan berekspresi, agama, dan privasi.
Editor: Nathania Riris Michico