Terungkap, Mantan Menlu Inggris Ancam Jaksa ICC Hentikan Penyelidikan Kejahatan Perang Israel
DEN HAAG, iNews.id - Sebuah laporan terbaru mengungkap fakta mengejutkan: mantan Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, dilaporkan pernah mengancam Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan agar menghentikan penyelidikan atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Ancaman dari Cameron terjadi pada April 2024, saat ICC tengah dalam tahap kritis penyusunan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Keduanya diduga terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama agresi militer Israel di Jalur Gaza.
Menurut laporan investigatif Middle East Eye (MEE), Cameron tidak hanya memberikan tekanan verbal, tetapi juga mengancam akan menarik dukungan finansial Inggris untuk ICC serta meninggalkan lembaga hukum internasional tersebut secara sepihak apabila surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel tetap dikeluarkan.
Namun, ICC menolak tunduk pada tekanan tersebut dan tetap mengeluarkan surat penangkapan terhadap Netanyahu dan Gallant pada November 2024. Langkah tegas ini memperlihatkan sikap independen lembaga tersebut, meski mendapat tekanan besar dari kekuatan politik dunia.
Ancaman dari Berbagai Arah
Bukan hanya dari Inggris, tekanan terhadap Karim Khan dan ICC juga datang dari Amerika Serikat. Senator Republik Lindsey Graham secara terbuka mengancam akan menjatuhkan sanksi jika surat perintah penangkapan terhadap pejabat Israel diterbitkan.
Bahkan pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada Karim Khan dan empat hakim ICC sebagai bentuk pembelaan terhadap Israel.
Selain tekanan diplomatik, Karim juga mendapat ancaman serius terhadap keselamatannya. Laporan keamanan menyebutkan bahwa agen intelijen Israel, Mossad, aktif beroperasi di Den Haag, markas ICC, dan dinilai berpotensi menjadi ancaman langsung terhadap dirinya.
Dugaan Pelecehan dan Upaya Delegitimasi
Di tengah meningkatnya tekanan dan intimidasi, Karim Khan belakangan mengambil cuti tanpa batas waktu menyusul tuduhan pelecehan seksual. Namun, tuduhan ini dilihat oleh sebagian pihak sebagai bagian dari upaya delegitimasi terhadap dirinya.
Sumber internal ICC menyebutkan bahwa penggugat dalam kasus itu mengaku melalui pesan pribadi bahwa ia sedang dimanfaatkan sebagai pion dalam permainan politik yang lebih besar. Penyelidikan internal terhadap Karim kemudian dihentikan karena penggugat menolak bekerja sama. Meski demikian, PBB disebut masih melakukan penyelidikan terpisah.
Karim Khan secara konsisten membantah semua tuduhan tersebut.
Bukti Tekanan Politik terhadap Keadilan Internasional
Terungkapnya tekanan dari David Cameron menjadi catatan serius tentang bagaimana aktor negara besar mencoba mengintervensi keadilan internasional. Banyak pihak menilai bahwa hal ini merusak independensi dan integritas ICC sebagai lembaga penegak hukum internasional.
Meski begitu, ICC tetap menunjukkan komitmennya untuk menegakkan hukum internasional tanpa pandang bulu, dengan tetap melanjutkan proses hukum terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab, termasuk pemimpin Hamas Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh, meskipun keduanya tewas dalam serangan Israel.
Editor: Anton Suhartono