Terungkap! Tentara Suriah Bantu Azerbaijan Perang dengan Armenia karena Bayaran Besar
ALLEPO, iNews.id - Tuduhan Armenia yang menyebut Azerbaijan mendapat bantuan pejuang dari Turki bukan isapan jempol belaka. Baru-baru ini, seorang pejuang mengaku mendapatkan bayaran tinggi untuk berperang di Nagorno-Karabakh.
Armenia berulang kali menyebut adanya keterlibatan pasukan asing di kubu Azerbaijan dalam perang di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung sejak pekan kemarin.
Sampai saat ini korban jiwa akibat perang tersebut diperkirakan telah mencapai 300 orang termasuk tentara dan warga sipil.
Yerevan mengatakan terdapat lebih dari 4.000 tentara pro-Turki asal Suriah serta mengirimkan sejumlah jet tempur F-16 yang disiagakan di bandara Baku.
Tuduhan yang dilontarkan Armenia muncul setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam pidatonya pada Rabu kemarin menyatakan dukungannya pada sekutu lamanya, Azerbaijan. Turki dan Azerbaijan sudah mengeluarkan bantahan terhadap tuduhan tersebut.
AFP baru-baru ini mewawancarai beberapa pejuang oposisi Suriah dari Aleppo dan Idlib yang bersiap untuk berangkat ke Kaukasus, zona konflik Armenia-Azerbaijan.
Abu Ahmad--bukan nama aslinya--mengatakan dirinya diminta berangkat ke Nagorno-Karabakh dengan iming-iming bayaran besar hingga 80 kali yang dia terima di Suriah.
Selama menunggu pemberangkatan, dia bersama pejuang lainnya ditempatkan di sebuah kamp pengungsi di bagian utara Suriah yang dikendalikan oleh pemberontak didukung Turki.
"Saya mendaftar untuk bertempur lebih dari seminggu ke Azerbaijan selama tiga bulan dengan bayaran 2.000 dolar AS (Rp29,7 juta) sebulan," kata pejuang 26 tahun saat dihubungi AFP menggunakan telepon.
Iming-iming bayaran besar serta dorongan untuk memberikan kehidupan lebih baik bagi keluarganya yang terdampak perang Suriah mendorong Abu Ahmad dan ribuan pejuang lainnya rela bertaruh nyawa di medan perang negara lain.
"Kami kehilangan desa dan rumah, kami tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan," lanjutnya.
"Saya menunggu giliran saya untuk pergi ke Azerbaijan untuk mendapatkan uang, kembali ke desa dan memulai bisnis," tambah pria yang sudah lima tahun jadi tentara pemberontak.
Editor: Arif Budiwinarto