MANDALAY, iNews.id – Polisi Myanmar menangkap sedikitnya 27 demonstran yang turun ke jalan dalam aksi penolakan kudeta militer, Selasa (9/2/2021), di kota terbesar kedua negara itu, Mandalay. Seorang jurnalis termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Jurnalis tersebut berasal dari Suara Demokratis Burma (DVB), dan mengonfirmasi dirinya telah ditahan setelah merekam unjuk rasa. Dua organisasi media lainnya membenarkan penangkapan tersebut, dia menyebut orang-orang dipukuli oleh polisi.
Terungkap, Negara Arab Ini Diam-diam Beli Senjata Canggih Israel Rp38,5 Triliun
Reuters melansir, Selasa (9/2/2021), para pengunjuk rasa menentang kudeta oleh militer Myanmar yang menggulingkan pemimpin sipil terpilih, Aung San Suu Kyi. Mereka yang berasal dari berbagai kalangan dan profesi juga menentang aturan baru militer, yang memberlakukan jam malam dan melarang kegiatan perkumpulan lebih dari lima orang.
Unjuk rasa besar-besaran selama empat hari berturut-turut itu telah melumpuhkan sejumlah layanan, mulai dari rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintah. Penanganan Covid-19 di Myanmar pun jadi kacau balau dan terganggu lantaran para dokter dan tenaga kesehatan juga ikut unjuk rasa, bahkan ada yang mogok kerja.
Selandia Baru Putuskan Hubungan dengan Myanmar Pascakudeta Militer
Dalam unjuk rasa di ibu kota Myanmar, Naypyitaw, polisi menembakkan meriam air ke barisan orang-orang yang menolak bubar. Video yang beredar luas di Facebook juga menunjukkan polisi menghalau kerumunan besar di Bago, kota terbesar keempat Myanmar.
“Kudeta selalu muncul di pikiran kami, setiap kali kami makan, bekerja, bahkan istirahat. Kami sangat kecewa dan sedih setiap kali memikirkan mengapa hal ini menimpa kami lagi,” ujar salah satu penduduk Yangon, Khin Min Soe.
AS Prihatin Militer Myanmar Terapkan Jam Malam dan Larang Perkumpulan Lebih dari 5 Orang
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku