TEL AVIV, iNews.id – Massa Yahudi ultra-Ortodoks bentrok dengan polisi Israel di pusat kota Yerusalem pada Minggu (30/6/2024). Bentrokan terjadi saat massa yang terdiri atas ribuan laki-laki itu melakukan aksi protes terhadap putusan Mahkamah Agung Israel yang memerintahkan agar mereka mulai mendaftar wajib militer.
Putusan pengadilan tertinggi zionis pekan lalu yang memerintahkan kepada Pemerintah Israel untuk mulai merekrut laki-laki dari kalangan ultra-Ortodoks itu dapat menyebabkan runtuhnya koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Situasi tersebut membuat posisi politikus Yahudi itu makin sulit ketika Israel sedang sibuk melancarkan perang di Gaza.
Perkuat Aliansi dengan AS, Korea Selatan Rebut Kembali Operasional Pasukan di Masa Perang
Associated Press (AP) melansir, puluhan ribu pria Yahudi pada akhir pekan kemarin berunjuk rasa di kawasan ultra-Ortodoks untuk memprotes putusan Mahkamah Agung tersebut. Namun, setelah malam tiba, massa bergerak menuju pusat kota Yerusalem dan melakukan kekerasan.
Polisi Israel mengatakan, para pengunjuk rasa melemparkan batu dan menyerang mobil seorang menteri kabinet ultra-Ortodoks. Sebagai respons, aparat Israel menembakkan meriam air berisi air berbau menyengat dan polisi berkuda pun dikerahkan untuk membubarkan massa. Namun, unjuk rasa masih belum terkendali pada Minggu malam.
Warga Gaza yang Gugur akibat Serangan Israel Hampir 38.000 Jiwa
Wajib militer diwajibkan bagi sebagian besar laki-laki dan perempuan Yahudi di Israel. Namun partai-partai ultra-Ortodoks yang memiliki kekuatan politik di parlemen zionis memberikan pengecualian bagi para pengikutnya untuk tidak mengikuti wajib militer itu. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan belajar di seminari keagamaan.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku