Usai Telepon Raja Salman, Trump: Khashoggi Mungkin Dibunuh Penjahat
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menelpon Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud terkait kasus hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi di Turki. Trump berbicara selama 20 menit dengan Raja Salman, yang dengan tegas membantah mengetahui soal hilangnya Khashoggi.
Usai berbincang, Trump mengatakan Khashoggi kemungkinan hilang karena dibunuh penjahat.
"Kedengarannya bagi saya mungkin bisa jadi (Khashoggi) dibunuh penjahat. Siapa yang tahu," kata Trump, seperti dilaporkan BBC, Selasa (16/10/2018).
Saat memberikan pernyataan tersebut, Trump tidak menyertakan data atau fakta apapun. Trump mengakui kasus hilangnya Khashoggi dan laporan Turki bahwa dia dimutilasi menjadi fokus dunia internasional dalam pembicaraannya dengan Raja Salman.
"Dunia sedang memperhatikan. Dunia sedang membicarakannya, dan ini sangat penting untuk mencapai dasarnya," ujar Trump.
Trump sebelumnya mengatakan, insiden ini tidak akan berdampak pada hubungan AS dengan Arab Saudi, sekutu dekat di Timur Tengah. Trump sudah menghadapi tekanan dari beberapa orang di Kongres untuk menanggapi Saudi dengan sanksi ekonomi.
Pada Minggu (14/10/2018), dalam sebuah wawancara "60 Minutes" di CBS, Trump mengatakan, bahkan ketika Saudi menolak keterlibatannya dalam kasus hilangnya Khashoggi, mereka masih ada kemungkinan bertanggung jawab.
Karena Khashoggi adalah seorang jurnalis, kata dia, maka kasusnya bahkan menjadi lebih serius.
"Ada sesuatu yang sangat mengerikan dan menjijikkan tentang hal itu, jika memang itu masalahnya,” kata Trump, kepada CBS.
"Kita akan sampai ke dasar itu, dan akan ada hukuman yang berat," tambahnya.
Khashoggi, yang merupakan jurnalis The Washington Post, pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk mengurus dokumen pernikahannya. Sejak memasuki konsulat, dia tak pernah muncul lagi dan hilang bak ditelan bumi.
Khashoggi merupakan salah satu tokoh media yang paling terkenal di kerajaan dan menjadi orang kepercayaan beberapa raja dan pangeran sebelumnya.
Khashoggi pindah ke Washington setelah Pangeran Mohammed bin Salman mulai melakukan penindakan antikorupsi di seluruh kerajaan, termasuk upaya untuk membungkam para pembangkang.
Teman-teman Khashoggi berspekulasi, kata-kata kasar sang kolumnis tentang putra mahkota dalam kolomnya di The Washington Post menyebabkan dirinya berada dalam daftar hitam pangeran.
Editor: Nathania Riris Michico