Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : WHO Dukung Indonesia Bikin Obat Herbal Naik Level, Ini Buktinya!
Advertisement . Scroll to see content

Wabah Virus Baru di Kongo: Gejala Mirip Demam Berdarah, 53 Korban Meninggal

Rabu, 05 Maret 2025 - 17:42:00 WIB
Wabah Virus Baru di Kongo: Gejala Mirip Demam Berdarah, 53 Korban Meninggal
Wabah penyakit misterius melanda Kongo, menewaskan 53 orang (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

KINSHASA, iNews.id - Repubik Demokratik Kongo dilanda penyakit misterius yang sejauh ini telah merenggut 53 nyawa. Penyakit yang disebabkan oeh virus itu muncul di beberapa wilayah Kongo bagian barat dalam beberapa pekan terakhir.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta para pakar mengkhawatirkan ganasnya virus ini. Tak butuh lama bagi virus untuk membuat penderita tak berdaya. Waktu dari timbulnya gejala yang tampak seperti penyakit demam berdarah hingga menyebabkan kematian hanya sekitar 48 jam.

Para pakar khawatir jumlah sebenarnya korban tewas lebih tinggi dari angka resmi, namun tak terdata karena minimnya pengujian.

Ini merupakan epidemi virus terbaru yang melanda wilayah Afrika Timur dalam setahun terakhir, setelah Marburg dan mpox (cacar monyet).

Kongo sangat rentan dengan epidemi karena iklim tropis, tempat patogen tumbuh subur, serta hutan lebat yang membuat orang terpapar satwa liar yang mungkin membawa penyakit. Banyak penyakit disebabkan virus di negara tersebut, juga tempat lain, dikaitkan dengan konsumsi daging hewan liar.

Virus baru ini pertama kali terdeteksi pada Januari di sebuah desa terpencil Boloko, Provinsi Equateur.

Data WHO mengungkap, virus ini awalnya menyerang tiga anak yang memakan bangkai kelelawar. Ketiga anak tersebut, masih balita, meninggal dalam waktu 48 jam setelah menunjukkan gejala termasuk demam, menggigil, dan sakit kepala, antara 10 dan 13 Januari 2025.

Empat kasus kematian lagi terjadi di akhir Januari. Para korban berasal dari desa yang sama yakni dengan korban anak-anak berusia antara 5 hingga 18 tahun, semuanya dengan gejala yang sama. Kemudian satu kematian dilaporkan pada 22 Januari, tercatat di desa tetangga, Danda.

Setelah itu pada 9 Februari, wabah kedua terdeteksi di Bomate, kota agak jauh dari lokasi pertama.

Setelah itu pada 15 Februari, WHO mengumumkan ada 431 kasus infeksi virus mematikan ini dengan jumlah korban meninggal 53 orang.

Ini berarti tingkat kematian virus tersebut mencapai 10,7 persen. Sekitar setengah dari kasus kematian itu terjadi dalam waktu 48 jam setelah timbulnya gejala.

Gejala kasus ini termasuk dalam kelompok penyakit yang disebut demam berdarah virus (VHF), yang berarti menyebabkan mual dan kehilangan banyak darah. Contoh kategori penyakit yang sama termasuk Ebola, demam Lassa, dan virus Marburg.

Belum jelas apa penyebab penyakit ini atau bagaimana virus ini ditularkan. 

Beberapa pakar kesehatan mengatakan mereka menduga penyakit virus itu bisa jadi zoonosis, penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia, terkait laporan bahwa korban pertama memakan kelelawar. Di masa lalu, virus seperti Ebola dan Marburg menyerang manusia yang memakan kelelawar yang terinfeksi.

Zania Stamataki, profesor imunologi virus di Universitas Birmingham, Inggris, mengatakan kepada Science Media Centre, mengatakan sulit untuk mengetahui seberapa mudah manusia akan mampu melawannya sampai penyakit baru itu bisa teridentifikasi.

“Jika infeksi berasal dari virus dari kelelawar, ini memberi tahu kita bahwa kecil kemungkinan kita memiliki kekebalan yang sudah ada sebelumnya terhadap infeksi baru ini. Jadi kita tidak terlindungi dan kita menderita penyakit parah, bahkan kematian,” ujarnya, seperti dilaporkan kembali Al Jazeera.

Namun jika virus tersebut mirip dengan jenis lain yang menginfeksi manusia, seperti virus penyebab Covid-19, beberapa orang mungkin punya peluang mengalami gejala yang tidak terlalu parah dan bisa sembuh.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut