Waduh, Prancis Bisa Gelap Gulita Tanpa Pasokan Gas dari Rusia
PARIS, iNews.id - Kalangan bisnis Prancis bersiap menghadapi pemadaman listrik sebagai dampak dari pengurangan pasokan gas alam dari Rusia. Bos perusahaan ban Michelin Florent Menegaux menyebut Prancis bisa gelap gulita tanpa mendapat gas dari Rusia.
“Apa yang sudah kami lakukan adalah mengubah boiler, sehingga mampu menggunakan gas atau bahan bakar minyak. Bahkan, jika perlu, kami bisa beralih ke batu bara,” kata Menegaux, dikutip dari Reuters.
Kalangan industri besar Prancis mendesak pemerintah untuk membuat rencana darurat guna menghindari dampak di tengah peringatan kemungkinan penghentian gas Rusia, sebagaimana berkali-kali disampaikan para pemimpin Uni Eropa.
“Tujuannya adalah untuk menghindari penutupan pabrik jika kita mengalami kekurangan (energi),” ujarnya, seraya menambahkan bahan bakar mungkin bisa menjadi alternatif pengganti.
Menurut Menegaux, perusahaannya memerlukan waktu beberapa hari untuk memulai produksi ban sehingga kestabilan pasokan energi sangat penting.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan penghentian total pasokan gas dari Rusia. Dampaknya kalangan rumah tangga dan bisnis akan terkena imbas pengurangan konsumsi energi. Jika perlu pemerintah akan memaksa perusahaan-perusahaan tertentu untuk mengurangi produksi demi menghemat energi.
Negara-negara Eropa terus menghadapi pengurangan pasokan energi Rusia sejak Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Moskow sebagai respons atas invasi ke Ukraina.
Pada Senin kemarin, perusahaan gas Rusia, Gazprom, menghentikan operasi pada dua seksi pipa gas Nord Stream 1 ke Eropa karena adanya pekerjaan pemeliharaan selama 10 hari. Akibatnya pasokan gas berkurang 40 persen dibandingkan kapasitas normal karena permasalahan operasional.
Rusia juga sudah menghentikan pengiriman gas ke beberapa negara serta perusahaan yang enggan membayar tagihan dengan mata uang rubel. Negara-negara yang terkena dampak termasuk Finlandia, Polandia, Bulgaria, Orsted di Denmark, serta perusahaan Belanda GasTerra dan Shell untuk kontrak di Jerman.
Editor: Anton Suhartono