Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Perang Gaza dan Ukraina Dongkrak Penjualan Senjata Global 2024, Perusahaan Israel Raup Untung
Advertisement . Scroll to see content

Wow, Perusahaan Pertahanan Rusia Raup Pendapatan Fantastis meski Dihujani Sanksi Amerika Cs

Senin, 01 Desember 2025 - 14:23:00 WIB
Wow, Perusahaan Pertahanan Rusia Raup Pendapatan Fantastis meski Dihujani Sanksi Amerika Cs
Perusahaan pertahanan Rusia justru mencatat kenaikan pendapatan pada 2024 meski dijatuhi sanksi AS dan sekutu (Foto: Rostec)
Advertisement . Scroll to see content

STOCKHOLM, iNews.id - Meski dihujani sanksi ekonomi dan embargo teknologi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya, perusahaan-perusahaan pertahanan Rusia justru mencatat kenaikan pendapatan signifikan selama 2024. 

Laporan terbaru Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) menunjukkan, dua raksasa pertahanan Rusia, Rostec dan United Shipbuilding Corporation, meraih pendapatan gabungan 31,2 miliar dolar AS, meningkat 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan ini terjadi di tengah gempuran sanksi Barat yang bertujuan melemahkan kemampuan industri militer Rusia setelah invasi ke Ukraina. Namun data SIPRI justru memperlihatkan bahwa kebutuhan perang berkepanjangan dan percepatan produksi persenjataan membuat industri pertahanan Rusia tetap tumbuh dan bertahan.

Permintaan Tinggi akibat Medan Perang Ukraina

Perang yang telah berlangsung sejak 2022 membuat Rusia membutuhkan suplai senjata, amunisi, kendaraan tempur, dan sistem pertahanan dalam jumlah besar. Hal ini yang menjadi motor utama pendapatan Rostec dan United Shipbuilding Corporation, dua perusahaan yang bertanggung jawab memproduksi berbagai peralatan penting bagi militer Rusia.

Rostec, misalnya, memproduksi helikopter, sistem pertahanan udara, elektronik militer, hingga amunisi. Sementara United Shipbuilding menjadi pemasok utama kapal militer dan kapal selam untuk Angkatan Laut Rusia.

Keduanya menjadi tulang punggung modernisasi persenjataan Rusia, meski akses terhadap komponen teknologi Barat telah dibatasi secara ketat.

Sanksi Barat Tak Redam Produksi

SIPRI mencatat, meningkatnya pendapatan Rusia terjadi meskipun negara itu menjadi sasaran sanksi terberat dalam sejarah modern. Pemutusan akses perbankan internasional, pembatasan teknologi dual-use, hingga larangan ekspor komponen canggih faktanya tidak menghentikan roda produksi industri pertahanan Rusia.

Produsen Rusia disebut tetap mampu menemukan jalur pengadaan alternatif melalui negara-negara mitra, memperkuat produksi dalam negeri, serta mengalihkan strategi logistik untuk mengatasi sanksi.

Rusia Tetap Jadi Kekuatan Industri di Tengah Isolasi

Peningkatan pendapatan Rostec dan United Shipbuilding Corporation menegaskan satu hal: upaya Barat untuk menekan industri pertahanan Rusia belum menghasilkan dampak signifikan. Sebaliknya, Moskow justru memperbesar kapasitas produksinya dan memperkuat ketahanan industri militernya.

Selama perang Ukraina masih berlangsung dan kebutuhan senjata tetap tinggi, analis SIPRI memperkirakan industri pertahanan Rusia akan terus mencatat pertumbuhan, terlepas dari sanksi yang dijatuhkan Amerika Cs.

Kontras dengan Penurunan Industri China

Sementara Rusia tumbuh, industri pertahanan China justru mengalami penurunan. Pendapatan gabungan delapan perusahaan senjata China anjlok 10 persen, dengan NORINCO, produsen utama sistem darat, turun hingga 31 persen. Penurunan ini menekan total pendapatan kawasan Asia dan Oseania, yang turun 1,2 persen menjadi 130 miliar dolar AS.

Kontras itu memperlihatkan bagaimana perang Ukraina memberikan stimulus ekonomi bagi Moskow di bidang persenjataan, berbeda dengan Beijing yang menghadapi berbagai kendala industri.

Secara keseluruhan, 100 perusahaan pertahanan terbesar dunia meraup 679 miliar dolar AS atau Rp11.317 triliun pada 2024, naik 5,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Konflik Gaza dan perang Ukraina menjadi pendorong utama belanja militer dunia serta pesanan senjata lintas negara.

AS dan Eropa mencatat peningkatan stabil, sementara Timur Tengah, khususnya Israel, mengalami lonjakan pendapatan akibat tingginya permintaan global terhadap drone dan sistem anti-drone.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut