Dua Gubernur Jakarta dari Tanah Sunda, Nomor 1 Jenderal Baret Ungu Tegas Tanpa Kompromi!
Pantas bila Ali Saidikin dikenang sebagai gubernur yang ikonik dan legendaris. Dia dikenal bukan hanya karena beragam terobosan dan pembangunan yang dilakukan semasa memimpin Jakarta, tapi juga sosoknya yang keras. Jenderal bintang tiga KKO-AL (kini mariner) itu dikenal sangat tegas, tanpa kompromi.
“Ketika Bung Karno melantik Ali Sadikin, Presiden itu bicara tentang impiannya: Jakarta yang dikagumi dunia. Saya tak tahu apakah Ali Sadikin ingat kata-kata itu. Dan ia pun bekerja. Dan Jakarta berubah,” kata budayawan Goenawan Mohammad dalam buku ‘Catatan Pinggir 9: Kumpulan Esai Catatan Pinggir Goenawan Mohamad’, dikutip Rabu (9/10/2023).
Goenawan mengenang sikap keras Ali. Suatu ketika sang gubernur datang mendadak ke Lapangan Banteng, tempat bus-bus kota parkir dan puluhan calo bergentayangan. Ketika dia menghadapi seorang calo yang sangat menjengkelkannya, ia mengayunkan tinju. “Orang itu terjerembap,” tulis GM.
Ali semasa muda bercita-cita menjadi pelaut. Pria yang kelak akrab disapa Bang Ali itu lantas masuk sekolah pelayaran di era penjajahan Jepang. Di zaman kemerdekaan, Ali masuk BKR-Laut, cikal bakal TNI AL. Karier militernya diisi dengan berbagai penugasan.
Pria berperawakan tinggi dan berwajah tampan ini pernah menjabat Wadan Resimen Samudera Pasukan CA IV (1949), Perwira Operasi CA IV/Pasukan SWK.S V, Wakil Panglima KKO AL (1950–1953), Danpusdiklat KKO AL (1954–1959), dan Deputi II Panglima Angkatan Laut (1959-1963).
Bung Karno menunjuknya sebagai Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja IV pada kurun 1963 hingga 1964. Setelah itu dia jadi Menteri Koordinator Kompartimen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang Disempurnakan (1964–1966). Pada 1966 Ali ditunjuk sebagai Gubernur KDH DKI Jakarta.
Selama menjabat gubernur, berbagai kebijakan dan tindakan ikonik dilakukannya antara lain pembangunan Taman Ismail Marzuki, Kebon Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Institut Kesenian Jakarta dan lainnya. Purnawirawan bintang tiga ini meninggal di Singapura pada 20 Mei 2008.