Ketika Warga Menanti Peluit Rezeki Ditiupkan saat Imlek
JAKARTA, iNews.id - Perayaan Imlek selalu identik dengan pembagian rezeki berupa angpau ke sanak saudara maupun orang sekitar yang membutuhkan. Pembagian angpau ini juga terlihat di Wihara Dharma Bakti kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat, Sabtu (25/1/2020) saat perayaan Tahun Baru Imlek 2571.
Pembagian rezeki itu ditandai dengan ditiupnya peluit. Bunyi peluit yang ditiup petugas Klenteng Petak Sembilan itu pun membuat warga yang berkumpul merapihkan barisan.
Balita hingga lansia ikut berbaris mengikuti petunjuk yang diberikan petugas. Beberapa kali petugas yang memberikan arahan sesekali membentak. Hal ini dilakukan karena ada beberapa warga yang tidak mudah diatur saat berbaris.
BACA JUGA:
Tahun Baru Imlek, Ratusan Warga Pemburu Angpau Padati Klenteng Petak Sembilan
Tahun Baru Imlek, Polri Fokus Amankan Lima Provinsi Ini
Tahun Baru Imlek 2020, 6.000 Warga Tionghoa Padati Wihara Dharma Bakti Petak Sembilan
Petugas Klenteng Petak Sembilan, Ahdori (40) mengatakan, pihaknya merapihkan barisan warga agar saat pemberian angpau dapat berlangsung tertib sehingga terhindar dari aksi saling dorong. "Kalau tidak rapih, tidak diberikan. Biarin saja. Ayok baris biar semua dapat," ujarnya.
Ahdori bersama petugas lain, menyediakan wadah sejenis baskom untuk warga Tionghoa yang hendak menyisihkan sebagian rezekinya. Nantinya, setelah uang dirasa cukup terkumpul, petugas klenteng meniupkan peluit agar warga merapihkan barisan kembali.
"Ya biar kan kalau dibagi sendiri angpau-nya sama donatur kaya gitu nanti langsung pada ngerubung. Jadi enggak rapi," katanya.
Ahdori memaparkan, selama ini tak pernah terjadi kericuhan atau saling dorong mendorong hingga adu jotos saat pembagian angpau. "Ya kalau pembagiannya enggak tertata ya begitu. Tapi ini kan kita tertata jadi enggak (ricuh)," ujarnya.
Dia mengaku, pembagian angpau tidak terjadwal. Artinya, pembagian tergantung donatur yang menyisihkan sebagian rezekinya. Uang yang diberikan donatur pun jumlahnya bervariasi.
"Kadang Rp2.000, bisa juga Rp5.000. Kalau ada donatur yang mau bagi sendiri juga boleh. Biasanya kita cuma ngawalin saja. Biar enggak ricuh," kata Ahdori.
Editor: Djibril Muhammad