Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Makna Mendalam Baju Betawi Presiden Prabowo di Perayaan HUT ke-80 RI
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

Ridwan mengakui tidak ada sejarah ondel-ondel dijadikan sarana mengamen. Ondel-ondel dulu hanya dipakai untuk kegiatan ritual atau tradisi menyambut panen. 

"Bahasa betawinya Babarit--menyambut panen. Enggak ada ongkos-ongkosan," kata dia.

Menurutnya, ondel-ondel dijadikan sarana mengamen mulai marak pada kurun tujuh sampai delapan tahun belakangan. Dia mengingatkan, meski dianggap meresahkan oleh sebagian orang, namun di sisi lain pengamen ondel-ondel secara tidak langsung justru mengenalkan budaya betawi kepada masyarakat, terutama anak-anak.

Harus Sesuai Pakem dan Aturan

Hal senada diungkapkan Budayawan Betawi sekaligus Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Andi Yahya Saputra. Dia tak mempermasalahkan ondel-ondel dipakai sebagai alat mengamen asal tetap sesuai pakem dan aturan. 

Menurut Andi, sebetulnya mengamen kesenian tradisional sudah ada sejak dulu. Pada masa lampau, Pemerintah State Batavia atau Pemerintah Kota Batavia mengizinkan dan memberi ruang tersendiri untuk kesenian tersebut digunakan untuk mencari rezeki. 

Budayawan Betawi Andi Yahya Saputra. (Foto: MPI/M Refi Sandi).
Budayawan Betawi Andi Yahya Saputra. (Foto: MPI/M Refi Sandi).

“Termasuk ondel-ondel, tanjidor, bahkan kesenian kesenian besar mereka ngamen. Tapi, ngamen sesuai aturan, jadi boleh ngamen pada jam sekian, boleh ngamen pada lokasi ini, boleh ngamen dengan menjaga keselamatannya dan tentu saja harus sesuai dengan pakem," ucap Andi kepada iNews.id di Kantor LKB Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (14/6/2021). 

Dia menambahkan, pada zaman dahulu kesenian yang tidak sesuai pakem akan mendapatkan denda atau tidak diperbolehkan ngamen. Karena aturan itu, pemerintah kolonial juga mendapatkan pajak dari mereka.

Dia juga mengingatkan, pakem dalam kesenian ondel-ondel mereka harus sepasang, yakni laki-laki dan perempuan. Sebab, ada simbol equilibrium yang memiliki arti keseimbangan ada siang ada malam, ada laki ada perempuan, kita manusia ada yang maha kuasa dan dia harus diiringi musik hidup. 

Adapun seniman yang mengamen harus tertib menghormati waktu, dirinya, termasuk menggunakan seragam. Artinya, mereka juga harus menjaga ketertiban dan keamanan. Sebab, apabila mereka menggangu ketertiban, otomatis mereka akan dihalau pemerintah termasuk dilarang untuk ngamen. 

"Nah memang kemudian ondel-ondel yang kita lihat di jalan, ngamen itu, perbuatan oknum yang mereka tidak menghargai dirinya sendiri. Kedua, mereka tidak tau apa itu makna dan fungsi ondel-ondel, serta mengganggu ketertiban karena mengamen sembarangan, menghinakan dirinya kemudian minta minta duit segala macam itu bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan oleh oknum-oknum itu," tuturnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut