Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Stok Beras di Jakarta 290.000 Ton, Dirut Bulog: Nggak Usah Takut Kalau Berasnya Habis
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah Unik Pasar Senen, Dulu Hanya Boleh Buka Hari Senin

Jumat, 11 Februari 2022 - 06:51:00 WIB
Sejarah Unik Pasar Senen, Dulu Hanya Boleh Buka Hari Senin
Pasar Senen di Jakarta Pusat memiliki sejarah unik. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pasar Senen yang terletak di Kecamatan Senen tak hanya terkenal di Jakarta saja. Selain sebagai pusat niaga, Pasar Senen juga berdampingan dengan Stasiun Pasar Senen yang banyak digunakan masyarakat untuk bepergian ke luar kota.

Jurnal Historia Madania bertajuk “Pasar Senen: Reorganisasi Pasar Tahun 1966 – 1993” mengungkap sejarah unik pendirian Pasar Senen. Wilayah Senen dahulu terkenal dengan hasil perkebunannya. Seiring dengan berkembangnya perekonomian masyarakat saat itu, muncul lah gagasan pendirian pasar.

Pemilik tanah Senen, Justinus Vinck kemudian mengajukan permohonan pendirian pasar ke pemerintah Belanda. Permohonan itu langsung disetujui oleh Gubernur Jenderal Abraham Patras melalui surat keputusan.

Dalam surat berbahasa Belanda itu disebutkan pasar hanya diperbolehkan untuk buka di hari Senin. Sementara, hari Sabtu diperuntukkan bagi pasar yang akan dibangun di wilayah Bukit Tanah Abang dan Kampung Lima. Surat yang diterbitkan pada 30 Agustus 1735 itu menjadi awal mula berdirinya Pasar Tanah Abang dan Pasar Weltervreden (yang kini dikenal dengan nama Pasar Senen).

Pasar Senen didirikan tepat di sebelah selatan Jalan Gunung Sahari. Pada masa itu, jalan tersebut dikenal dengan nama Groote Zuiderweg. Namun, orang-orang Belanda lebih mengenal pasar itu dengan nama Vincke Passer atau Pasar Vinck, mengacu pada nama sang pendiri.

Pasar Senen banyak dihuni oleh orang-orang Tionghoa dan sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah tersebut. Pasar ini semakin maju di masa pendudukan Jepang.

Bahkan, masih eksis hingga detik ini. Sejarawan Bondan Kanumoyoso menerangkan, Pasar Senen ini merupakan bagian dari perkembangan Kota Batavia lama.

”Kota Batavia di abad 17 mulai berkembang ke luar tembok kota (Kota Tua). Keamanan kota mulai terjamin karena ada kesepakatan damai dengan Mataram dan Banten. Penduduk mulai bisa tinggal dengan aman di luar tembok kota,” tuturnya.

Penduduk pun mulai berdatangan dan kegiatan ekonomi meningkat. Dosen Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan masyarakat tentunya memerlukan pasar untuk menukar komoditasnya.

Pemerintah kolonial pun mengizinkan orang-orang yang mempunyai modal dan tanah untuk mendirikan pasar. Pada 1745, Yustinus Vinck mengajukan izin mendirikan pasar di kawasan Tanah Abang dan Senen.

”Sebenarnya bukan hanya Yustinus Vinck, tapi ada beberapa orang Belanda lain yang mengajukan izin membuka pasar. Pasar Senen itu sebagian tanahnya milik Cornelis Chasteleindan. Tapi mungkin Yustinus Vinck beli sendiri, yang sekarang menjadi pasar,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, penduduk makin bertambah dan kegiatan ekonomi meningkat. Pasar ini pun buka setiap hari.

Di era pergerakan, pasar ini menjadi tempat berkumpulnya tokoh pergerakan seperti Chaerul Saleh, Adam Malik, Soekarno, dan M Hatta. Pada tahun 1950-an, seniman seperti Ajib Rosidi, Sukarno M Noor, dan HB Yasin pun sering berkumpul di sini.

”Dulu ada banyak restoran padang yang enak-enak. Buka 24 jam, orang-orang bisa duduk-duduk, makan, minum kopi, dan ngobrol-ngobrol masalah kebudayaan. Jadi tempat favorit untuk seniman dan budayawan,” tuturnya.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut